Indeks Harga Saham Gabungan Berpotensi Bergerak Melemah Terdampak Sentimen Kebijakan Tarif Impor Trump

Seorang awak media sedang melintas di depan papan elektronik informasi saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (F
Seorang awak media sedang melintas di depan papan elektronik informasi saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (Foto: Dokumentasi/RRI/Magdalena Krisnawati)
0 Komentar

ASSOCIATE Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi akan bergerak melemah terdampak sentimen kebijakan tarif impor oleh Amerika Serikat (AS)

“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat IHSG berpotensi melemah dengan support dan resistance6.200 – 6.570,” ujar Nico di Jakarta, Selasa.

Nico melihat bahwa dampak kebijakan tarif impor AS belum akan berakhir, meskipun terdapat lebih dari 50 negara yang mengajukan negosiasi, yang masih membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk bisa melakukan penyesuaian dan kesepakatan.

Baca Juga:Inisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen TepatJumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way Kanan

“Sehingga, rasanya kalau dikatakan bahwa setelah negosiasi pasar akan stabil, mungkin jauh dari kata tenang untuk saat ini. Setiap kenaikan pasar yang terjadi, mungkin akan menjadi alasan untuk terjadinya penurunan lebih dalam lagi,” ujar Nico.

Meskipun banyak negara berencana datang kepada Trump, namun beberapa negara justru berdiri dengan teguh melawan Trump, seperti halnya China yang siap berperang ketika AS menginginkannya.

Menurut Nico, respon China menjadi sebuah tekanan bagi pelaku pasar dan investor, pasalnya China akan mengenakan tarif sebesar 34 persen untuk semua impor AS mulai 10 April 2025 mendatang atau setara dengan tarif resiprokal yang diberikan Trump untuk China.

Lanjutnya, China, Jepang, dan Korea Selatan juga bersatu untuk memperdalam hubungan ekonomi melalui perdagangan bebas.

“Meskipun belum ada kesepakatan, namun pertemuan tersebut menunjukkan perasaan yang sama terhadap situasi dan kondisi yang ada saat ini, untuk menghadapi dampak dari kebijakan Trump,” ujar Nico.

Dari dalam negeri, Nico menilai perlunya respon cepat dan tepat dari pemerintah agar demand ekspor tidak menurun dan kepercayaan investor dapat pulih kembali.

Pemerintah Indonesia telah mengambil pendekatan negosiasi sebagai respons terhadap kebijakan tarif resiprokal sebesar 32 persen dari AS, dengan meningkatkan volume impor dari negara tersebut.

Baca Juga:Tom Lembong: 100 Persen Semua Izin Impor Diterbitkan Kemendag Ditembuskan KemenperinPasang Boks Tambahan Tampung Barang Bawaan Saat Mudik Lebaran, Tips Bagi Pengendara R2

“Strategi ini diharapkan dapat mengurangi tekanan tarif, mengingat neraca perdagangan AS terhadap Indonesia masih mencatat defisit sekitar 17,88 miliar AS pada tahun 2024,” ujar Nico.

Untuk mendukung hal itu, pemerintah akan memberikan insentif baik fiskal maupun non fiskal, termasuk penurunan tarif bea masuk, Pajak Penghasilan (PPh) impor, dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) impor

0 Komentar