DALAM pengumuman sama, nama Indonesia masuk di antara negara-negara yang mendapat bea masuk tinggi selain 10%, bahkan dikenai tarif 32%. Indonesia pun resmi menjadi korban perang dagang Trump.
“Indonesia, Malaysia, Kamboja… Oh coba lihat Kamboja 98%, kita akan membawanya ke 49%. Mereka mengambil keuntungan dari Amerika Serikat,” ujar Trump, dikutip dari CNBC International.
Langkah kebijakan proteksionis Negara Paman Sam ini berpotensi memperburuk neraca perdagangan Indonesia. Indonesia hanya mengalami surplus dagang tipis dan tiap tahunnya justru mengalami penurunan.
Baca Juga:Inisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen TepatJumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way Kanan
Indonesia pada 2024 tercatat sebesar 31,04 miliar dolar AS, turun 18,84 persen secara tahunan (yoy), menjadikannya surplus terendah dalam empat tahun terakhir.
Merujuk data Kementerian Perdagangan RI, Indonesia surplus perdagangan sebesar US$14,34 miliar pada Januari-Desember 2024. Defisit tersebut menempatkan Indonesia di peringkat ke-15 dalam daftar negara dengan defisit perdagangan terbesar bagi Negeri Paman Sam.
Jika dilihat dari perdagangan AS, neraca perdagangan Paman Sam dengan Indonesia saat ini negatif (defisit) untuk tahun 2024, artinya nilai impor AS dari RI lebih besar daripada nilai ekspor AS ke RI. Dari data Gedung Putih, nilainya minus US$ 18 miliar.
Indonesia mencatat surplus tak sampai US$17 miliar pada 2024. Begitu pula dalam hal impor, Indonesia tercatat melakukan impor yang cukup besar dengan total hampir US$12 miliar pada 2024 silam.
Diketahui Komoditas terbesar impor Indonesia dari AS yakni bahan bakar mineral dan minyak, peralatan mekanis, serta buah dan biji penghasil minyak.
Tergantung Pasar Amerika Serikat
Tidak terbantahkan Indonesia sedang mengalami tekanan eksternal yang begitu dahsyat dampak kebijakan Tarif Donal Trump. Barang Indonesia yang masuk ke AS dikenakan tarif sebesar 32%. Tarif itu disebut sebagai timbal balik atas tarif yang diberlakukan Indonesia terhadap barang dari AS, yang diklaim mencapai 64%.
Angka tarif yang dikenakan ke Indonesia hanya berbeda 2% dari China, yang berjumlah 34%, dan juga lebih kecil dibanding Thailand sebesar 36%, Sri Lanka 44%, Vietnam 46%, bahkan Kamboja 49%.
Baca Juga:Tom Lembong: 100 Persen Semua Izin Impor Diterbitkan Kemendag Ditembuskan KemenperinPasang Boks Tambahan Tampung Barang Bawaan Saat Mudik Lebaran, Tips Bagi Pengendara R2
Nilai ekspor Indonesia ke AS melonjak hampir 48% dalam lima tahun terakhir dari US$17,84 miliar pada 2019 menjadi US$26,31 miliar pada 2024.
Data Kementerian Perdagangan menunjukkan, ekspor mesin dan perlengkapan elektrik Indonesia ke AS pada 2024 mencapai US$4,1 miliar.