BELAKANGAN ini sejumlah prediksi mengatakan mudik tahun ini lesu, mungkin tidak sepenuhnya disepakati. Ada social capital jika mudik merupakan ritual tahunan. Lebih dari itu, momentum ini bisa mempunyai dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat perdesaan.
Mudik menjadi momentum peningkatan ekonomi bagi masyarakat pedesaan berupa bergesernya perputaran uang dari kota tempat masyarakat bekerja ke desa kampung halaman.
Masyarakat desa yang menerima uang transfer dari sanak saudara yang sedang bekerja di luar kampungnya, secara normatif memberikan efek positif. Adanya transfer uang dari kota ke desa akan mengubah tatanan ekonomi dan sosial orang-orang desa.
Baca Juga:Inisiatif Putra Presiden Prabowo Temui Megawati dan Jokowi Tedukan Dinamika Politik, Waketum PAN: Momen TepatJumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way Kanan
Perputaran uang di desa, niscaya terjadi pertumbuhan ekonomi yang berdampak positif. Mulai dari peningkatan konsumsi rumah tangga, peningkatan ekonomi pada sektor mikro, sektor pertanian bahkan hingga sektor pengolahan.
Sebuah keberkahan, tidak hanya bertemu serta bersilaturahmi dengan orangtua dan keluarga, mudik juga bisa menaikkan taraf kehidupan ekonomi masyarakat desa.
Selain itu, sejumlah warung dadakan bermunculan di berbagai titik strategis, menawarkan sajian sederhana bagi pemudik yang menempuh perjalanan panjang menuju kampung halaman.
Fenomena ini bukan hal baru. Setiap tahun, saat arus mudik, para pedagang kaki lima memanfaatkan momen ini untuk meraup rezeki dari ribuan pemudik yang melintas.
Dari rest area hingga bahu jalan, tenda-tenda warung makan mulai berdiri, menyajikan menu andalan seperti gorengan, nasi bungkus, mie ayam, air mineral, hingga kopi panas yang menjadi teman setia bagi pemudik yang ingin rehat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.
Warung dadakan bukan sekadar bisnis musiman. Di baliknya, ada semangat menyambut pemudik dengan hangat. Banyak pemudik yang memilih berhenti di warung-warung sederhana ini bukan hanya untuk makan, tetapi juga untuk berbagi cerita dan merasakan suasana khas jalur mudik yang penuh keakraban.
Suasana ini menjadi bagian dari warna khas arus mudik setiap tahunnya. Bukan hanya kendaraan yang mengalir tanpa henti di jalur Pantura, tetapi juga interaksi manusia yang membangun cerita tersendiri.