Pengeboman Zionis Tak Henti, Lebaran Tak Terlihat di Gaza Selama Dua Tahun

Warga Palestina di Khan Younis, Gaza, bersiap menyambut Idulfitri pada Sabtu (29 Maret) di tengah dimulainya k
Warga Palestina di Khan Younis, Gaza, bersiap menyambut Idulfitri pada Sabtu (29 Maret) di tengah dimulainya kembali operasi udara dan darat Israel. (AFP)
0 Komentar

“Tahun lalu, meski ada perang, kami coba menciptakan suasana gembira. Kini, saya bahkan tidak mampu membeli penganan manis untuk anak-anak saya,” kata Marwan Al-Haddad (37), yang mengungsi dari Beit Hanoun setelah eskalasi serangan Israel pekan lalu.

“Bagaimana saya bisa memberi tahu anak-anak saya bahwa perang akan segera berakhir?” tutur pria itu. “Setiap kali kami terbangun karena suara bom, kami menyadari bahwa perdamaian masih sangat jauh.”

Situasi yang sama buruknya juga dihadapi oleh para pemilik bisnis. Di Jalan Wehda, sebuah kawasan di Gaza City yang sebelum perang merupakan pusat komersial ramai, sebagian besar toko masih tutup atau rusak. Ibrahim Siam, seorang pemilik toko penganan manis, menyesalkan bisnisnya harus gulung tikar akibat perang.

Baca Juga:Jumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way KananTom Lembong: 100 Persen Semua Izin Impor Diterbitkan Kemendag Ditembuskan Kemenperin

“Dulu, saya bisa menjual puluhan kilogram penganan manis saat Idul Fitri,” ujar Siam kepada Xinhua. “Sekarang, orang-orang hampir tidak bisa mendapatkan roti.”

Rangkaian terbaru dari serangan udara Israel telah menewaskan sedikitnya 921 orang dan melukai 2.054 lainnya, demikian menurut otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza pada Sabtu (29/3).

Di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza bagian utara, aktivitas pasar tetap stagnan. Abdul Rahman al-Zein, seorang pemilik toko pakaian, mengatakan bahwa hanya sedikit orang yang mampu membeli pakaian untuk Idul Fitri. “Orang-orang berfokus pada bertahan hidup.”

Di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Fatima Qudeih (32) tinggal di sebuah tenda bersama ketiga anaknya sejak kehilangan rumah mereka akibat serangan udara Israel di Jabalia.

“Anak-anak saya bertanya mengapa kami tidak membeli baju baru atau pergi ke pasar seperti dulu,” kata Qudeih kepada Xinhua. “Saya mengatakan kepada mereka bahwa kami akan membelinya setelah perang berakhir, tetapi mereka sudah mulai kehilangan kepercayaan pada kata-kata saya.”

Reham Odeh, seorang pakar politik yang berbasis di Jalur Gaza, mengatakan bahwa dampak konflik terhadap masyarakat Gaza sangat besar.

“Perang tidak hanya menghancurkan rumah-rumah, tetapi juga menghancurkan moral penduduk Gaza,” tutur Odeh.

Baca Juga:Pasang Boks Tambahan Tampung Barang Bawaan Saat Mudik Lebaran, Tips Bagi Pengendara R2Mengenal Plengkung Gading yang Mulai Sistem Satu Arah, Mitos: Ilmu Hitam Seseorang Hilang Saat Melewatinya

Ia menuturkan, meskipun konflik berakhir hari ini, dampaknya akan bertahan selama puluhan tahun.

0 Komentar