Pengeboman Zionis Tak Henti, Lebaran Tak Terlihat di Gaza Selama Dua Tahun

Warga Palestina di Khan Younis, Gaza, bersiap menyambut Idulfitri pada Sabtu (29 Maret) di tengah dimulainya k
Warga Palestina di Khan Younis, Gaza, bersiap menyambut Idulfitri pada Sabtu (29 Maret) di tengah dimulainya kembali operasi udara dan darat Israel. (AFP)
0 Komentar

Selama dua tahun berturut-turut, keriaan suasana Idul Fitri tak terlihat di Gaza. Ribuan keluarga masih mengungsi di tenda-tenda darurat, berduka karena kehilangan rumah dan orang-orang yang mereka cintai.

Jalan-jalan yang dulunya ramai, dihiasi berbagai dekorasi dan dipenuhi gelak tawa anak-anak, kini disesaki puing-puing bangunan yang menjadi pengingat bisu akan kehancuran akibat pengeboman Israel yang tiada henti.

Menurut kalender Islam, umat Muslim di seluruh dunia akan merayakan hari pertama Idul Fitri pada Minggu (30/3) atau Senin (31/3), tergantung pada penampakan bulan baru. Namun, di Gaza, tidak banyak yang bisa dirayakan.

Baca Juga:Jumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way KananTom Lembong: 100 Persen Semua Izin Impor Diterbitkan Kemendag Ditembuskan Kemenperin

Di kamp pengungsi Al-Shati, sebelah barat Gaza City, Suad Abu Shahla (29) duduk di luar sebuah tenda kain yang telah koyak, mencoba menenangkan anaknya yang menangis.

Ibu empat anak itu kehilangan rumahnya di Beit Lahia pada November 2024 ketika pasukan Israel mengebom area tersebut. Sejak saat itu, Suad dan keluarganya harus menghadapi kondisi keras di tempat penampungan yang rapuh, yang hanya memberikan perlindungan minim dari cuaca dingin atau panas.

“Idul Fitri telah kehilangan maknanya di Gaza,” tutur wanita itu kepada Xinhua. “Sebelum perang, kami biasa membeli pakaian dan penganan manis untuk anak-anak. Sekarang, kami bahkan tidak mampu membeli roti.”

“Anak-anak saya bertanya, ‘Apakah kita akan mendapatkan baju baru? Apakah kita akan pulang ke rumah?’ Namun, saya tidak dapat menjawabnya,” imbuh Suad.

Di seluruh Gaza City, bekas perang terlihat di mana-mana. Bangunan-bangunan yang runtuh, jalan-jalan yang dipenuhi puing, dan infrastruktur yang rusak menggambarkan dampak dari konflik tersebut.

Di kawasan permukiman al-Rimal, yang dulunya merupakan salah satu wilayah termewah di Gaza City, sebagian besar bangunan rata dengan tanah atau rusak parah. Mobil-mobil yang terbakar dan tiang-tiang listrik yang tumbang terlihat di jalanan yang sepi.

Penderitaan kian parah sejak Israel melanjutkan operasi militer pada 18 Maret, setelah suasana relatif tenang selama hampir dua bulan. Beberapa keluarga telah mulai kembali ke rumah mereka di Gaza utara, tetapi kini terpaksa mengungsi lagi.

0 Komentar