Pihak Departemen SAR dan Pemadam Kebakaran Bangkok menyebut terdapat setidaknya 100 korban akibat runtuhnya gedung tersebut dan tiga orang diantaranya meninggal dunia.
Tak hanya itu, sejumlah gedung ikonik di Bangkok pun tak luput dari dampak gempa. Laporan warganet di media sosial menampilkan gedung pencakar langit King Power Mahanakhon bergoyang selama gempa.
Video lainnya menampilkan pengunjung gedung setinggi 314 meter dengan fasad kaca itu berlindung di balik meja.
Baca Juga:Jumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way KananTom Lembong: 100 Persen Semua Izin Impor Diterbitkan Kemendag Ditembuskan Kemenperin
Infiniy Pool di Bangkok pun tak luput dari dampak gempa dan berubah menjadi air terjun saat gempa mengguncang wilayah itu. Ribuan liter air kolam meluap dan tercurah ke jalanan di bawahnya.
“Mengerikan sekali (guncangan gempanya),” kata seorang warga Bangkok, Khoncanok.
Saat kejadian Khoncanok dan keluarganya melarikan diri ke tempat yang lebih aman. Hingga Sabtu (29/3/2025) pagi, sejumlah warga Bangkok masih trauma dan khawatir akan gempa susulan.
Tak lama setelah gempa, jalanan di Bangkok dipadati pejalan kaki menyusul berhenti beroperasinya angkutan umum dan langkanya taksi.
Sejumlah warga memilih tidur dan menghabiskan malam di Taman Chatuchak, Bangkok. Pihak Pemerintah Kota Bangkok menyediakan air minum gratis dan juga toilet bus bagi mereka.
Gempa kembar
Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyebut terdapat dua gempa yang mengguncang wilayah Sagaing Myanmar, yakni gempa dengan magnitudo 7,7 dan 12 menit kemudian disusul gempa dengan magnitudo 6,2. Gempa dengan kedalaman 10 kilometer itu berasal dari Sesar Besar Sagaing.
Jurnal yang ditulis Pyae Sone Aung dan kawan-kawan pada 2015 dan diterbitkan oleh ScienceDirect, menjelaskan patahan Sagaing merupakan patahan yang memiliki panjang 1.200 kilometer di sepanjang utara hingga selatan Myanmar. Banyak daerah di Myanmar yang berada di patahan tersebut. Patahan itu juga menjadi penyebab sejumlah gempa bumi di Myanmar. Maka sejak 2011, Myanmar membangunan jaringan GPS yang bertujuan memantau aktivitas patahan tersebut.
Direktur Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan gempa yang terjadi merupakan gempa kembar dengan skala intensitas maksimum atau kerusakan berat. Gempa kembar merupakan dua peristiwa gempa yang terjadi dengan magnitudo hampir sama dalam rentang waktu dan lokasi yang tak terlalu lama.