Pada tanggal 15 Mei 2017, Cardenas meninggalkan kantor dan ditembak. Meskipun polisi mengatakan bahwa kartel Sinaloa adalah tersangka utama, belum ada penangkapan yang dilakukan.
Di tahun yang sama, Daphne Caruana Galizia mengelola “Running Commentary,” sebuah blog mengungkap korupsi politik Malta.
Ia melaporkan bahwa Perdana Menteri Malta dan istrinya memiliki transaksi keuangan yang mencurigakan di Panama dan Azerbaijan, tuduhan yang dibantah oleh Perdana Menteri tersebut. Menurut Politico, Caruana Galizia adalah “seorang WikiLeaks yang berjuang melawan ketidaktransparansian dan korupsi di Malta.”
Baca Juga:Jumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way KananTom Lembong: 100 Persen Semua Izin Impor Diterbitkan Kemendag Ditembuskan Kemenperin
Dalam posting blog terakhirnya pada tanggal 16 Oktober 2017, ia mengkategorikan situasi politik terkini di Malta sebagai “putus asa.”
Tiga puluh menit kemudian, menurut CNN, saat ia meninggalkan rumahnya di Bidnija, sebuah bom meledak di mobilnya. Pemerintah menawarkan hadiah untuk informasi apa pun yang mengarah pada penangkapan.
Peristiwa pembunuhan wartawan adalah rambu-rambu buruknya penghormatan terhadap hak asasi manusia. Jika kekuasaan di balik peristiwa pembunuhan itu, artinya penguasa sedia mengambil tindakan ekstrim mengontrol informasi yang beredar.
Pembunuhan wartawan lokal Myanmar Western News Myat Thu Tan oleh personel militer pada tanggal 31 Januari 2024, bersama dengan tujuh tahanan politik lainnya yang ditahan oleh junta militer Myanmar, adalah contoh tragis bagaimana rezim militer Myanmar berusaha keras mengatur informasi di media.
Myat Thu Tan, yang juga dikenal sebagai Phoe Thiha, ditembak oleh dua personel dari Batalyon Infanteri Ringan (LIB) 378 di bangsal tahanan di Kota Mrauk-U, di negara bagian Rakhine, Myanmar bagian barat. Myat Thu Tan adalah kontributor untuk media daring Western News sekaligus reporter untuk Democratic Voice of Burma, salah satu organisasi media independen terbesar di negara itu.
Peristiwa pembunuhan wartawan adalah rambu-rambu buruknya penghormatan terhadap hak asasi manusia. Jika non negara di balik peristiwa pembunuhan itu, artinya ketidakstabilan yang memicu reaksi pemerintah berujung tindakan represif yang didukung negara.
Namun, pembunuhan wartawan bisa dilakukan kelompok pemberontak dan kejahatan terorganisir.
Kebebasan pers di Indonesia kian memburuk. Teranyar, kantor redaksi Tempo mendapatkan kiriman paket yang berisi kepala babi dan bangkai tikus, yang ditujukan kepada salah satu jurnalisnya.