Bahkan seorang jurnalis sempat kena pukul dari sekelompok massa tak dikenal. Dia adalah wartawan Kompas.com, Faqih, yang sempat mengalami kekerasan itu.
Saat itu, ia sedang mengambil video di dekat kerumunan massa di DPRD Jabar. Tiba-tiba, ada massa yang menyebut dirinya intel.
“Tiba-tiba massa yang duduk itu bilang ‘Awas awas itu yang gendut intel itu pakai baju putih!’,” kata Faqih.
Baca Juga:Jumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way KananTom Lembong: 100 Persen Semua Izin Impor Diterbitkan Kemendag Ditembuskan Kemenperin
Ia sempat mengeluarkan kartu pers untuk membuktikan bahwa dirinya wartawan, tapi, ia tetap mendapatkan kekerasan.
“Tapi tetap saja ada massa yang putus asa mungkin yah mungkin capek anarko intinya mah, terus mukulin,” kata Faqih.
Sukabumi
Aksi juga terjadi di Sukabumi. Aksi tolak UU TNI yang berlangsung di depan DPRD Kota Sukabumi mulanya berjalan damai, namun kericuhan mulai terjadi ketika ada bagian dari massa demonstran melempar cat ke arah aparat.
Situasi memanas hingga polisi menembakkan water cannon untuk membubarkan massa.
Dalam aksi yang digelar di depan DPRD Kota Sukabumi, ratusan mahasiswa turun ke jalan menyuarakan tuntutan mereka terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak pada rakyat. Demonstrasi itu dilakukan sebagai bentuk protes terhadap berbagai kebijakan terkait TNI, demokrasi, dan transparansi pemerintahan.
“Melihat situasi akhir-akhir ini, ketika hukum diombang-ambing oleh para penguasa, maka hanya ada satu kata: lawan!,” teriak orator di tengah aksi.
Situasi mulai memanas ketika mahasiswa yang frustrasi karena tidak diberi akses masuk mulai melempar cat ke arah petugas. Polisi yang berjaga langsung merespons dengan menyemprotkan water cannon untuk menghalau massa yang semakin beringas.
Belum ada laporan resmi mengenai korban dalam insiden ini. Namun, aksi saling dorong sempat terjadi antara mahasiswa dan aparat kepolisian. Hingga berita ini diturunkan, situasi di lokasi masih dalam penjagaan ketat.
Baca Juga:Pasang Boks Tambahan Tampung Barang Bawaan Saat Mudik Lebaran, Tips Bagi Pengendara R2Mengenal Plengkung Gading yang Mulai Sistem Satu Arah, Mitos: Ilmu Hitam Seseorang Hilang Saat Melewatinya
Dalam aksinya, mahasiswa menuntut untuk menolak militerisasi jabatan sipil karena bertentangan dengan semangat reformasi TNI dan supremasi sipil.
Kemudian mereka mendesak DPR dan pemerintah untuk memastikan TNI tetap netral dan tidak terseret dalam dinamika politik praktis melalui mekanisme hukum yang lebih ketat dan membatasi keterlibatan TNI dalam urusan sipil sesuai amanat UU No. 34 Tahun 2004 agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran hak asasi manusia.