PEMERINTAHAN Donald Trump mengusir Duta Besar Afrika Selatan, Ebrahim Rasool, dan menetapkannya sebagai persona non gratadi Amerika Serikat. Kenali profil Ebrahim Rasool dan penyebab ia diusir.
Kabar pengusiran Rasool mencuat setelah Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dalam media sosial X-nya menulis, “Duta Besar Afrika Selatan untuk Amerika Serikat tidak lagi diterima di negara besar kami. Ebrahim Rasool adalah seorang politisi yang menghasut tentang isu rasial yang membenci Amerika dan @POTUS (akun X Donald Trump di Gedung Putih).”
“Kami tidak mempunyai hal yang perlu didiskusikan dengannya sehingga ia dianggap PERSONA NON GRATA,” tegasnya melalui akun @SecRubio.
Pemicu Ebrahim Rasool Diusir dari Amerika Serikat
Baca Juga:Jumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way KananTom Lembong: 100 Persen Semua Izin Impor Diterbitkan Kemendag Ditembuskan Kemenperin
Menlu Rubio marah setelah Rasool menyampaikan pidato dalam seminar daring yang diadakan oleh Mapungubwe Institute for Strategic Reflection (MISTRA) di Afrika Selatan. Dalam webinar itu, Rasool menyebut gerakan Make America Great Again (MAGA) sebagian muncul karena kekhawatiran terhadap perubahan demografi di mana warga kulit putih Amerika tidak lagi menjadi mayoritas.
“Gerakan MAGA bukan hanya sebagai respons terhadap insting supremasi, tetapi juga terhadap data yang sangat jelas yang menunjukkan perubahan demografi besar di AS, di mana pemilih AS diproyeksikan menjadi 48% kulit putih, dan kemungkinan mayoritas dari kelompok minoritas semakin nyata,” ujar Rasool dalam pidatonya.
MAGA sendiri merupakan slogan politik yang populer di AS dan digunakan Donald Trump dalam kampanye presidennya. Menurut AP News, AS jarang mengusir duta besar asing, meskipun pejabat diplomatik berpangkat lebih rendah lebih sering ditetapkan sebagai persona non grata atau orang yang tidak diinginkan.
Keputusan ini dianggap sebagai bagian dari tekanan pemerintahan Trump terhadap Afrika Selatan. Pasalnya, dinukil dari Economic Times,pengusiran Rasool juga terjadi di tengah ketegangan terkait kebijakanreformasi pertanahan yang disahkan.
Trump menuduh kebijakan ini mendiskriminasi warga kulit putih Afrikaner dan bahkan mengusulkan agar mereka diberikan status pengungsi di AS. Isunya semakin memanas setelah Elon Musk, yang juga berasal dari Afrika Selatan dan menjabat di pemerintahan Trump, turut mengkritik kebijakan reformasi tanah melalui media sosial.