Ivendo Bali: 750 Agenda Konferensi, Perjalanan, Konvensi dan Pameran Terdampak Efisiensi Anggaran

Pengunjung mengamati pameran di Denpasar, Bali, Jumat (14/2). (Antara)
Pengunjung mengamati pameran di Denpasar, Bali, Jumat (14/2). (Antara)
0 Komentar

DEWAN Industri Event Indonesia (Ivendo) Bali mengungkapkan 750 agenda konferensi, perjalanan, konvensi, dan pameran (MICE) di ‘Pulau Dewata’ diperkirakan terdampak efisiensi anggaran dalam triwulan I 2025.

“Jika tren ini berlanjut sepanjang tahun, industri event di Bali diperkirakan mengalami potensi kerugian hingga Rp3,15 triliun,” kata Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Ivendo Bali Grace Jeanie di Denpasar, Bali, kemarin.

Ia menjelaskan potensi kerugian itu mencakup hilangnya potensi pendapatan bagi perusahaan pelaksana kegiatan (EO), vendor produksi, tenaga kerja lepas, serta sektor pendukung seperti perhotelan, transportasi, dan usaha mikro kecil menengah (UMKM).

Baca Juga:Jumlah Setoran Uang Judi Sabung Ayam Diduga Pemicu 3 Polisi Tewas Ditembak Oknum TNI di Way KananTom Lembong: 100 Persen Semua Izin Impor Diterbitkan Kemendag Ditembuskan Kemenperin

Pihaknya telah melakukan survei kepada 44 pelaku industri tersebut di Bali dan hasilnya lebih dari 85% pelaku industri tersebut mengalami penurunan pendapatan akibat pemangkasan anggaran untuk perjalanan dinas, rapat, dan seminar pemerintah.

Selain kerugian finansial, ia menyebut sekitar 2.500 pekerja tetap dan tidak tetap berisiko kehilangan pekerjaan atau penghasilannya menurun.

Dampak lain yang ditimbulkan, lanjut dia, yakni penurunan jumlah kunjungan wisatawan bisnis yang pada akhirnya berdampak pada tingkat okupansi hotel, penggunaan layanan transportasi, hingga konsumsi di restoran dan destinasi wisata.

Ia menambahkan, berdasarkan studi Oxford Economics pada 2018, industri event global menyumbang US$2,5 triliun kepada perekonomian dunia dan menciptakan 26 juta lapangan kerja.

Di Indonesia, imbuh dia, sektor itu berkontribusi sekitar Rp120 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) dan menopang ekonomi kepada sekitar 278.000 pekerja. Hal itu menjadikannya sebagai tulang punggung ekonomi kreatif dan pariwisata nasional.

Keluhan yang sama juga disampaikan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang, Jawa Timur. “Dampak efisiensi sudah terasa,” tegas Ketua PHRI Kota Malang, Agoes Basoeki.

Ia mengungkapkan 92 anggota PHRI merasa telah terjadi penurunan event atau kegiatan pemerintah yang menggunakan fasilitas hotel.

Baca Juga:Pasang Boks Tambahan Tampung Barang Bawaan Saat Mudik Lebaran, Tips Bagi Pengendara R2Mengenal Plengkung Gading yang Mulai Sistem Satu Arah, Mitos: Ilmu Hitam Seseorang Hilang Saat Melewatinya

“Ini terasa sekali bagi hotel-hotel yang tipenya convention, yang mengandalkan tempat, ruang, dan hall untuk kegiatan,” kata Agoes yang juga menjadi General Affairs Manager The Shalimar Butique.

0 Komentar