Indeks Harga Saham Gabungan Anjlok, Trading Halt Pernah Terjadi Akibat Pandemi COVID-19 Tahun 2020

Seorang awak media sedang melintas di depan papan elektronik informasi saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (F
Seorang awak media sedang melintas di depan papan elektronik informasi saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (Foto: Dokumentasi/RRI/Magdalena Krisnawati)
0 Komentar

Kemudian, BEI memutuskan trading halt selama 30 persen bila IHSG terjun bebas lebih dari 5 persen, melakukan asymmetric auto rejection atau ketidaksimetrisan antara batas auto rejection atas (ARA) dan auto rejection bawah (ARB), serta pemangkasan jam perdagangan bursa.

Sementara itu, OJK bertindak dengan cara mengizinkan semua emiten melakukan pembelian kembali (buyback) tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham. Langkah tersebut diambil sebagai stimulus dan menekan dampak pasar yang bergejolak secara signifikan.

Selanjutnya, IHSG mencapai level 4.500 pada akhir Maret 2020, meningkat menjadi 4.700 pada April, dan relatif tetap pada Mei. Memasuki Juni 2020, IHSG kembali menguat hingga mendekati 5.000.

Baca Juga:Pasang Boks Tambahan Tampung Barang Bawaan Saat Mudik Lebaran, Tips Bagi Pengendara R2Mengenal Plengkung Gading yang Mulai Sistem Satu Arah, Mitos: Ilmu Hitam Seseorang Hilang Saat Melewatinya

Perekonomian Indonesia mulai bangkit dari tekanan seiring dengan pelonggaran kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak pertengahan Maret.

Pada Juli 2020, perdagangan saham bertengger di posisi 5.100 dan perlahan meningkat menjadi 5.200 di bulan berikutnya. Namun, IHSG kembali jatuh ke level 4.900 pada September setelah pemerintah kembali menerapkan PSBB secara ketat.

Pada kuartal IV 2020, IHSG menunjukkan tren yang positif. Pada Oktober, IHSG kembali berada di level 5.100, lalu 5.600 pada November.

Puncaknya, pada 21 Desember 2020, perdagangan mampu mencapai level 6.100, sebelum akhirnya kembali meluncur tipis di angka 6.000 pada akhir tahun 2020.

0 Komentar