Mengenal Plengkung Gading yang Mulai Sistem Satu Arah, Mitos: Ilmu Hitam Seseorang Hilang Saat Melewatinya

Plengkung Nirbaya (Foto: Humas Pemda DIY)
Plengkung Nirbaya (Foto: Humas Pemda DIY)
0 Komentar

Bosch mengirimkan surat yang dibuat pada tanggal 2 Maret 1935 dengan isi mengenai saran agar Plengkung Nirbaya dan Tarunasura tidak dibongkar layaknya Plengkung Jagasura Ngasem dan Jagabaya sebelah barat Tamansari. Kemudian, Bijlveld menanggapi dan diteruskan kepada Patih Danurejo VIII pada tanggal 13 Maret 1935.

Berdasarkan situs resmi Dinas Pariwisata DIY, plengkung ini dulunya memiliki jembatan gantung yang berguna untuk masuk ke dalam benteng dengan melewati parit. Jika terdapat musuh, maka jembatan akan ditarik ke bagian atas dan dijadikan pintu penutup plengkung.

Kemudian, di plengkung ini terdapat parit yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap serangan musuh. Ukuran parit tersebut memiliki lebar 10 meter dan kedalaman 3 meter. Akan tetapi, pada tahun 1935 parit tersebut dihilangkan dan menjadi jalan. Plengkung Gading juga sempat diperbaiki untuk mengembalikan bentuk aslinya pada tahun 1986.

Objek di Plengkung Gading

Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan

Masih dikutip dari sumber yang sama, Plengkung Gading mempunyai menara sirine yang hanya berbunyi pada dua momentum. Pertama, dibunyikan ketika 17 Agustus dalam mengingat detik-detik proklamasi. Kedua, dibunyikan ketika bulan Ramadhan menjelang berbuka puasa.

Di sekitar bangunan Plengkung Gading terdapat lampu-lampu indah. Suasana yang diberikan seperti suasana tempo dulu ditambah dengan bangunan kuno yang masih berdiri. Di sekitar area ini menjadi tempat foto yang banyak diincar wisatawan karena dapat memberi kesan suasana di zaman kolonial Belanda.

Di Plengkung Gading juga terdapat tangga di kiri dan kanan sisi dalam plengkung yang dapat dinaiki. Dari atas, dapat melihat suasana jalanan di bawahnya dan juga dapat menyusuri benteng hingga ke Pojok Benteng Wetan.

Mitos Plengkung Gading

Plengkung Gading memiliki mitos yang masih dipercaya oleh banyak orang. Mengutip situs Dinas Pariwisata DIY, konon katanya Sultan yang masih bertahta dalam keraton tidak diperbolehkan melewati Plengkung Gading. Alasannya karena Plengkung Gading hanya digunakan sebagai tempat membawa jenazah Sultan ketika ingin disemayamkan di Makam Raja-Raja Imogiri.

Dalam kata lain, Sultan yang bertahta hanya boleh melewati Plengkung Gading ketika sudah wafat. Sementara untuk rakyat biasa tetap dibolehkan melalui Plengkung ini. Namun, ketika ada jenazah rakyat biasa yang dekat dengan plengkung ini, jenazah tersebut harus dibawa memutari plengkung agar tidak melewati lorong di dalamnya.

0 Komentar