PARA aktivis mengecam siklus kekerasan yang terus berkembang, dan menyerukan agar mereka yang bertanggung jawab dimintai pertanggungjawaban.
Puluhan aktivis Suriah berkumpul pada Minggu (9/3) di pusat Kota Damaskus untuk melakukan aksi duduk diam dan mengutuk pembunuhan personel keamanan publik Suriah serta warga sipil dalam kekerasan yang sedang berlangsung di pesisir Suriah.
Para peserta membawa spanduk dalam berbagai bahasa dengan pesan-pesan seperti: “Tidak ada perdamaian tanpa keadilan,” “Darah Suriah adalah satu,” dan “Tidak ada ibu yang boleh kehilangan anak-anaknya lagi,” beserta pernyataan-pernyataan serupa lainnya.
Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan
Para aktivis mengecam siklus kekerasan yang terus berkembang, dan menyerukan agar mereka yang bertanggung jawab dimintai pertanggungjawaban.
“Revolusi awalnya bermula karena sebuah badan keamanan menyerang seorang anak dan tidak dimintai pertanggungjawaban,” kata Imad Al Hassan, seorang peserta aksi duduk.
“Jika kita mengulangi kesalahan yang sama, kita akan menyeret diri kita sendiri ke dalam lingkaran setan,” imbuhnya.
Perdebatan yang meningkat menjadi bentrokan terjadi antara para penentang dan pendukung aksi protes.
Seorang warga sipil bersenjata melepaskan tembakan untuk membubarkan orang-orang, yang mendorong pasukan keamanan publik untuk turun tangan guna memulihkan ketertiban dan mencegah kekerasan lebih lanjut.
“Yang kami lihat hanyalah tembakan, dan orang-orang mulai saling serang,” kata May Makarem, seorang peserta lainnya.
“Saya mengaitkan hal ini dengan fakta bahwa emosi masih belum stabil karena kurangnya akuntabilitas bagi mereka yang melakukan kejahatan,” tambahnya.
Baca Juga:Menteri ATR/BPN Benarkan Pagar Laut Sepanjang 30,16KM di Perairan Tangerang Punya HGB dan SHM, Ini JelasnyaPemerintah Kabupaten Cirebon Tangani Banjir Bandang, Begini Langkah Strategis BBWS Cimancis
Bentrokan antara pasukan keamanan Suriah dan loyalis Presiden terguling Bashar Assad meletus pada Kamis (6/3) di kota-kota di sepanjang pantai Suriah.
Pertempuran dan pembunuhan balas dendam yang terjadi setelahnya telah meningkatkan jumlah korban tewas menjadi lebih dari 1.000, kata kelompok pemantau perang pada Sabtu (8/3), menjadikannya salah satu tindakan kekerasan paling banyak menelan korban jiwa sejak konflik Suriah dimulai 14 tahun lalu.