SEGITIGA Bermuda atau Bermuda triangle selama bertahun-tahun lekat dengan reputasinya sebagai perairan yang penuh misteri.
Sebelum banyak diangkat media 1950-an, klaim pertama tentang Segitiga Bermuda dimunculkan penjelajah Christopher Columbus. Dalam perjalannya, Columbus melaporkan melihat cahaya aneh di perairan tersebut.
Kemudian setelah diangkat ke media medio 1950-an, istilah Segitiga Muda lantas muncul pada 1964. Penulis Vincent Gaddis menciptakan istilah Segitiga Bermuda dalam artikelnya ‘Segitiga Bermuda yang Mematikan’ di Pulp Magazine Argosy.
Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan
Gabbis mengklaim bahwa semua insiden yang terjadi di wilayah tersebut merupakan bagian dari pola kejadian aneh. Tahun berikutnya Gaddis mengembangkan gagasan ini menjadi sebuah buku berjudul ‘The Invisible Horizons‘.
Namun teori misteri Segitiga Bermuda ini sedikit berbeda jika dilihat dari sudut pandang sains. Melansir Science Focus BBC, pembantahan itu salah satunya muncul saat Larry Kusche pada 1975 silam menerbitkan bukunya. Ia mengatakan bahwa jumlah insiden di area ini tidak jauh lebih tinggi daripada di bagian lain lautan.
Sementara itu, Penjaga Laut Amerika Serikat (USCG) tidak mengidentifikasikan bahaya khusus di Segitiga Bermuda. Hingga studi 2013 silam, disebutkan perairan paling berbahaya tidak mencantumkan wilayah Segitiga Bermuda.
Salah satu penyebab kenapa Segitiga Bermuda berbahaya, ialah karena badai atau cuaca buruk. Dulunya, badai seperti itu bisa dianggap menjadi misteri, karena belum adanya perkiraan cuaca akurat yang memungkinkan para pilot dan kapten kapal untuk menghindari cuaca buruk.
Dilansir BBC, salah satu studi terbaru menyebutkan bahwa badai yang saling bertemu itu dapat menghasilkan gelombang ganas setinggi 30 meter, serta mampu menenggelamkan kapal-kapal besar melalui studi laboratorium. Namun, tidak ada bukti bahwa gelombang itu benar-benar terjadi di Segitiga Bermuda.
Meski sering terjadi badai, hingga saat ini Segitiga Bermuda disebutkan belum mengalami jumlah kecelakaan dan bangkai kapal yang tidak biasa secara statistik. Hal senada dikatakan Jin Hong Kuan, Alexander Fleiss (2022).
“Kami menemukan bahwa hilangnya benda di laut sangat berkorelasi dengan kondisi cuaca buruk, sedangkan sampel kejadian udara yang rendah di wilayah geografis ini mencegah analisis statistik,” tulis mereka dalam jurnal “The Bermuda Triangle : Data Science Approach: Anomaly or Sensationalism?”.