Kemerosotan Ekonomi Berkepanjangan, Warga Lebanon Sulit Belanja Kebutuhan Pokok Selama Ramadan

Orang-orang berbelanja untuk bulan suci umat Islam Ramadhan di sebuah pasar di Masnaa, Lebanon, pada 2 Maret 2
Orang-orang berbelanja untuk bulan suci umat Islam Ramadhan di sebuah pasar di Masnaa, Lebanon, pada 2 Maret 2025. (ANTARA/Xinhua/Taher Abu Hamdan)
0 Komentar

Konflik Hizbullah-Israel juga berdampak besar terhadap ekonomi Lebanon, yang mengubah perilaku konsumen. Adnan Rammal dari Dewan Ekonomi dan Sosial Lebanon mengatakan bahwa pengeluaran menurun drastis, terutama di daerah-daerah yang terdampak konflik seperti Lebanon selatan dan Lembah Bekaa.

“Orang-orang yang melarikan diri dari perang harus menghabiskan tabungan mereka untuk membayar sewa tempat tinggal alih-alih membeli makanan atau membayar biaya pendidikan anak-anak mereka,” kata Rammal.

“Bahkan sekarang, ketakutan akan terjadinya perang lagi mendorong banyak orang untuk membatasi pengeluaran mereka untuk hal-hal penting saja,” kata Rammal menambahkan.

Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan

Pakar keuangan Mahassen Moursel memperkirakan bahwa harga makanan naik 8-15 persen sejak konflik Hizbullah-Israel, dan terus meningkat selama bulan Ramadan.

“Harga selalu naik selama Ramadan karena permintaan yang lebih tinggi, tetapi tahun ini, kurangnya kontrol harga dari pemerintah dan keserakahan pedagang memperburuk situasi,” kata Moursel, seraya mengatakan bahwa harga makanan melonjak 65 kali lipat sejak 2018.

0 Komentar