Yang jelas, periode 1960-1970 daerah banjir semakin meluas dan penduduk yang tinggal di bantaran sungai semakin banyak. Ditengarai antara tahun 1970-1980 siklus banjir semakin pendek, artinya banjir semakin sering terjadi. Bahkan, pada 1976 di zaman Gubernur Ali Sadikin, terjadi banjir hebat yang membuat wakil gubernur A Wiriadinata sampai bermalam di Pintu Air Manggarai.
Untuk mengatasi banjir akibat hujan lokal dan aliran dari hulu di Jakarta bagian timur, kemudian dibangun Banjir Kanal Timur. Proyek Banjir Kanal Timur dicanangkan sejak 1973, mengacu pada masterplan buatan Netherlands Engineering Consultants (Nedeco) melalui “Master Plan for Drainage and Flood Control of Jakarta” pada Desember 1973. Rancangan ini didetailkan lagi lewat desain Nippon Koei pada 1997. Namun penggalian kanal pertama kali baru dimulai pada 2003.
Panjang Kanal Banjir Timur ini 23,6 km dengan daya tampung limpahan air 390 meter kubik per detik. Selain itu, Banjir Kanal Timur juga dilengkapi dengan sistem kolam sedimen berukuran 300 x 350 meter di kawasan Ujung Menteng. Sistem kolam ini berguna untuk menangkap sedimen agar badan kanal tetap leluasa.
Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan
Tujuan pembangunan Banjir Kanal Timur, selain untuk mengurangi ancaman banjir di 13 kawasan, juga untuk menampung aliran Kali Ciliwung, Kali Cililitan, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Jati Kramat, dan Kali Cakung. Namun hingga saat ini pembangunan Banjir Kanal Timur yang terkendala biaya itu belum juga kelar.
Ketika pemerintah sibuk dengan semua rencana, banjir tetap saja datang, bahkan semakin besar. Seperti terjadi pada 1996, 2002 dan Februari 2007 yang tercatat sebagai banjir terbesar yang pernah terjadi di Jakarta.
Banjir 2002 menurut Gubernur DKI Jakarta ketika itu, Sutiyoso menggenangi 42 kecamatan di Jakarta (100 persen) dengan 168 kelurahan (63,4 persen). Luas genangan mencapai 16.041 hektare atau 24,25 persen dari luas DKI Jakarta dengan ketinggian air tertinggi 5 meter.
Korban banjir sebanyak 381.266 jiwa dan menelan korban jiwa sebanyak 21 orang. Banjir besar 1996 dan 2002 telah menimbulkan kerugian Rp 9,8 triliun.
Demikian juga banjir besar pada 2007 yang telah merendam hampir 70% wilayah DKI Jakarta, dan sebagian wilayah Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kabupaten dan Kota Tanggerang serta Kota Bekasi.