Banjir yang Diprediksi Raja Purnawarman Era Tarumanegara Jadi Takdir Sejarah hingga Kini di Jabodetabek

Kondisi Banjir daerah Bekasi dari pantauan udara Polri, Rabu (5/3/2025). FOTO/Dok. Polri
Kondisi Banjir daerah Bekasi dari pantauan udara Polri, Rabu (5/3/2025). FOTO/Dok. Polri
0 Komentar

Sebenarnya van Breen juga telah merancang pembangunan Kanal Banjir Timur, namun gagal terwujud karena masalah dana. Kanal Banjir Timur sendiri mulai dibangun di masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri pada Juli 2003 dengan menggunakan rancangan van Breen.

Dalam kurun waktu 1911-1938 cukup banyak usaha-usaha yang dilakukan Pemerintah Hindia-Belanda dan Batavia untuk menanggulangi banjir. Selain membangun pintu air seperti Pintu Air Manggarai, Karet, dan Kampung Gusti, pemerintah juga melakukan pemeliharaan sungai dengan mengeruk beberapa sungai besar yang ada di Batavia seperti Sungai Ciliwung, Kali Angke, Sungai Krukut, Kali Baru, dan Saluran Sentiong.

Seperti yang diprediksi sebelumnya oleh Van Breen, kehadiran fasilitas pengendali banjir tersebut tidak sepenuhnya menjamin Batavia terbebas dari banjir. Keberadaan Banjir Kanal Barat dan Pintu Air Manggarai, hanya akan berakibat pada pengalihan wilayah banjir.

Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan

Jika sebelumnya banjir melanda kawasan Weltevreden dan Menteng, dengan adanya kanal dan pintu air tadi, air lalu mengalir ke tempat yang lebih rendah sehingga banjir pun berpindah ke daerah Manggarai dan Jatinegara.

Setelah Indonesia merdeka dan Batavia berganti nama menjadi Jakarta, ibukota tak kunjung merdeka dari banjir. Pada Januari 1952, 1953, November 1954, dan 1956, banjir kembali melanda Jakarta sampai ada karikatur untuk banjir yang berulang ini. Tercatat pada Februari 1960 Jakarta mengalami banjir besar, paling parah terjadi di daerah Grogol.

Pascabanjir 1965, Presiden Soekarno membentuk Komando Proyek (Kopro) Banjir Jakarta, yang tugasnya memperbaiki kanal dan membangun 6 waduk di sekitar Jakarta. Rencana Induk Jakarta 1965-1985 menyatakan banjir sebagai salah satu masalah utama Ibukota.

Hasil kerja dari Kopro Banjir itu antara lain: (a) Pembangunan Waduk Setia Budi, Waduk Pluit, Waduk Tomang, dan Waduk Grogol. Bersamaan dengan itu juga dilakukan rehabilitasi terhadap sungai-sungai di sekitarnya; (b) Pembangunan Polder Melati, Polder Pluit, Polder Grogol, Polder Setia Budi Barat, dan Polder Setia Budi Timur; (c) Pembuatan sodetan Kali Grogol, Kali Pesanggrahan, dan Gorong-gorong Jalan Sudirman. Namun, waduk itu sebagian sudah hilang dan ada yang belum dibangun hingga kini.

0 Komentar