Adapun faktor pendukung atau penyebabnya deflasi datang dari isu atau tindakan beragam. Artinya deflasi terjadi adalah peristiwa kompleks. Dalam kebijak yang diambil pemerintah pemicu deflasi salah satu yang paling utama adalah kebijakan moneter.
Kebijakan Bank Sentral (BI) mengambil tindakan untuk menggerek suku bunga. Dampaknya langsung adalah penurunan permintaan kredit masyarakat atau korporasi. Pada akhirnya kebijakan ini berpengaruh laju konsumsi dan juga daya beli masyarakat.
Indikator
Gambaran deflasi sendiri mengindikasikan turunnya harga-harga barang dan jasa. Disebutkan oleh BPS mengatakan deflasi tahunan ini adalah yang pertama kali terjadi sejak Maret 2000. Sebelumnya, Indonesia sempat mengalami deflasi bulanan berturut-turut pada periode Mei-September 2024.
Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan
Diketahui, Pada Senin (03/03), Badan Pusat Statistik alias BPS mengumumkan deflasi tahunan pada Februari 2025 tercatat sebesar 0,09% dibandingkan tahun sebelumnya alias year-on-year. Infomasi ini tentunya mengandung keresahan yang mendalam bagi Pemerintah.
Sumber Deflasi
BPS mengatakan sejumlah komoditas pangan dan diskon tarif listrik menjadi penyumbang utama deflasi tahunan yang terakhir terjadi pada awal 2000.
Dilaporkan jika pada bulan Februari 2025 terjadi deflasi sebesar 0,48 persen secara bulanan atau month to month atau terjadi penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 105,99 pada Januari 2025 menjadi 105,48 pada Februari 2025. Hal ini disampaikan oleh Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin, 3 Maret 2025.
Amalia memberikan informasi dari mana sumber deflasi terjadi. Berdasarkan kelompok pengeluaran, kelompok penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga.
Deflasi kelompok ini tercatat sebesar 3,59 persen dan memberikan andil deflasi 0,52 persen. Komoditas yang dominan mendorong deflasi kelompok tersebut, lanjut Amalia, adalah diskon tarif listrik yang memberikan andil deflasi sebesar 0,67 persen.
Ditambahkan, komoditas yang juga memberikan andil deflasi karena penurunan harga beberapa pangan bergejolak. Salah satunya ialah daging ayam ras, yang harganya turun sehingga memberikan andil deflasi sebesar 0,06 persen.
Kemudian, komoditas bawang merah dan cabai merah juga mengalami penurunan harga sepanjang bulan Februari. Pada akhirnya kejadian tersebut memberikan andil deflasi masing-masing sebesar 0,05 persen dan 0,04 persen.