AHLI gizi Dr.dr. Lucy Widasari, M.Si mengingatkan pentingnya makan dan minum saat menjalani sahur dan berbuka puasa dilakukan secara bertahap.
Menurut dia, saat sahur makan dan minum tidak dilakukan ketika mendekati waktu sebelum tutup atau waktu imsak. Penting mengonsumsi cukup cairan, dengan patokan kalau air botol yang 600 mililiter (ml) dengan sedikit lebihkan kurang lebih 700-800 ml. Namun, tidak langsung meminum air dalam jumlah besar sekaligus.
“Jangan langsung ditenggak, karena kalau langsung ditenggak maka tubuh itu punya mekanisme untuk keluarnya juga lebih banyak. Jadi pastikan sedikit-sedikit. Jangan dadakan kalau saat sahur, jamnya itu jangan mepet,” kata Lucy Widasari dalam diskusi di Jakarta, pada Rabu.
Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan
“Nanti setelah itu buang air kecil. Lonjakan kadar gula darah dan seterusnya, sehingga menjadi lemas,” lanjutnya.
Kemudian, saat sahur juga perlu mengonsumsi asupan karbohidrat kompleks seperti nasi jagung, beras merah, gandum utuh dan barley, karena padat gizi tanpa menyebabkan lonjakan atau naiknya kadar gula darah dan kaya akan serat.
Selain itu juga bisa mengonsumsi protein berkualitas tinggi, termasuk susu juga bisa membantu menjaga kebutuhan energi sepanjang hari dan juga mengonsumsi lemak sehat yang membantu menjaga kenyang lebih lama.
“Jadi kalau proteinnya cukup maka cadangan dari protein itu mudah-mudahan tidak diambil. Ambilnya dari cadangan lemak,” ucapnya.
Adapun saat berbuka puasa, Lucy menyarankan makan secara bertahap dan tidak berlebihan. Hal ini mencegah refleks asam dan kembung.
“Karena sel-sel saluran organ-organ dalam saluran pencernaan kita itu dalam kondisi istirahat, jangan dibuat kaget. Jadi nanti kita sama-sama minum air putih, kalau ada kurma boleh. 15 menit mungkin boleh ya mencicipi, diawali dengan karbohidrat sederhana,” kata dokter gizi yang meraih gelar Doktor dari Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan fokus khusus pada ilmu gizi di Universitas Hasanuddin (UNHAS) itu.