RAMADAN tahun ini dimulai di bawah perjanjian gencatan senjata yang rapuh yang menghentikan perang selama 15 bulan lebih. Perang tersebut telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina dan menghancurkan Jalur Gaza.
Di antara puing-puing bangunan yang hancur di kawasan Rafah, Gaza, hampir 5.000 orang Palestina berkumpul pada hari pertama Ramadan untuk berbuka puasa bersama pada Sabtu lalu.
Duduk menghadapi meja panjang yang berada di tengah-tengah reruntuhan itu, mereka menunggu azan magrib berkumandang sebelum menikmati hidangan berbuka mereka. Hidangan itu disiapkan oleh para sukarelawan yang bertekad menghadirkan situasi normal sepanjang bulan suci ini.
Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan
Walid Abdel Wahab, penyelenggara acara berbuka puasa bersama di Rafah itu mengatakan, “Hari ini hari yang sangat luar biasa karena kami menjamu lebih dari 5.000 orang dengan 5.000 hidangan berbuka. Hari ini kami melukiskan kegembiraan di wajah orang-orang di sini di tengah kehancuran dan di bawah puing-puing dan reruntuhan ini.”
Ini adalah tahun kedua warga Palestina menjalankan ibadah Ramadan setelah perang antara Israel dan Hamas yang ditetapkan AS sebagai kelompok teroris.
Ramadan tahun ini dimulai di bawah perjanjian gencatan senjata yang rapuh yang menghentikan perang selama 15 bulan lebih. Perang tersebut telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina dan menghancurkan Jalur Gaza.
Perang tersebut dipicu oleh serangan pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel. Ketika itu, Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan militer Israel telah menewaskan lebih dari 48 ribu orang Palestina dan menghancurkan wilayah yang luas di Gaza