Makam Kuno Saksi Bisu Perang Diponegoro di Desa Bumiharjo, Gondowati Pasukan Elit Perempuan Mataram

Makam kramat Gumuk, Dukuh Sodong Desa Bumiharjo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang, terdapat makam kuno ya
Makam kramat Gumuk, Dukuh Sodong Desa Bumiharjo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang, terdapat makam kuno yang diyakini merupakan pasukan elit perempuan Mataram yang membantu pertempuran Pangeran Diponegoro melawan Belanda
0 Komentar

DESA Bumiharjo terletak di utara candi Borobudur kurang lebih 1,82 km. Kawasan candi Borobudur adalah saksi bisu pertempuran dahsyat pasukan Pangeran Diponegoro melawan Belanda.

Jejak-jejaknya tertulis dalam Babad Diponegoro dan sumber literatur Belanda. Sejumlah lokasi seperti Klangon, Tingal, dan Menoreh. Sebagian besar nama-nama Babad dan lokasi modern masih sama.

Dikatakan dalam Sejarah Indonesia Madya Abad XVI-XIX oleh A. Kardiyat Wiharyanto, perang Diponegoro berakibat kerugian bagi Belanda dalam bentuk tewasnya 15 ribu tentara yang terdiri dari 8 ribu orang Eropa dan 7 ribu serdadu pribumi.

Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan

Biaya untuk perang tersebut tidak kurang dari 20 juta gulden. Perkebunan-perkebunan swasta asing juga banyak yang rusak. Selain itu, kemakmuran rakyat lenyap.

Dapat dibayangkan bahwa Perang Diponegoro merupakan perang besar di Jawa selama periode awal abad 19.

Saat penelusuran keberadaan makam prajurit Pangeran Diponegoro. Makam kramat Gumuk, Dukuh Sodong Desa Bumiharjo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang, terdapat makam kuno yang diyakini merupakan prajurit Pangeran Diponegoro.

“Dulu makam tua tersebut tidak menggunakan batu tetapi menggunakan kayu jati. Sayangnya, kayu makam tua itu diduga dicuri oknum warga yang tidak bertanggung jawab. Bentuk makam mirip lesung,” ungkap spiritualis Gus Farid Wibawa, Minggu (23/2).

Ia mengungkapkan cerita keberadaan makam itu berawal dari budaya tutur adalah makam seorang prajurit pasukan Diponegoro di perang Jawa. “Tokoh di makam itu menurut cerita tutur seorang pejuang perempuan laskar Pangeran Diponegoro di wilayah utara candi Borobudur,” imbuhnya.

Sosok pejuang perempuan tersebut, kata Gus Farid, Gondowati atau BRAy Gondowati merupakan istri selir ke-13 Sultan Hamengkubuwono II yang selalu berjuang bersama laskar Gondho Wulung. Ia sangat kharismatik dan sakti hingga merepotkan tentara Belanda. Namun, saat Gondowati mandi di Sendang. Belanda mengetahui kelemahannya hingga Gondowati tertembak hingga meninggal dunia.

“Seluruh pasukan Gondho Wulung dibantai habis tentara Belanda bersama kuda tunggangan Gondowati. Darahnya mengalir ke Sendang yang jernih hingga air berubah warna hijau daun. Gondowati wafat dalam keadaan hamil tua. Lalu, dimakamkan di Makam Kramat Gumuk,” paparnya.

Baca Juga:Menteri ATR/BPN Benarkan Pagar Laut Sepanjang 30,16KM di Perairan Tangerang Punya HGB dan SHM, Ini JelasnyaPemerintah Kabupaten Cirebon Tangani Banjir Bandang, Begini Langkah Strategis BBWS Cimancis

Saat ini, kata Gus Farid, petilasan itu disebut Sendang Ijo diyakini sebagian masyarakat sebagai tempat ritual.

0 Komentar