Sinau Pancasila dan Wawasan Kebangsaan di Masjid Sunan Gunung Djati Garmini Cirebon

Ketua Komisi A DPRD DIY (tengah) dalam penjelasan kepada awak media di kompleks Masjid Sunan Gunung Jati, Cire
Ketua Komisi A DPRD DIY (tengah) dalam penjelasan kepada awak media di kompleks Masjid Sunan Gunung Jati, Cirebon (Ist)
0 Komentar

KOMISI A DPRD DIY bersama awak media yang tergabung dalam wartawan unit DPRD setempat berkunjung ke Cirebon, Jawa Barat, Senin (17/2/2025).

Dalam kunjungan tersebut menyempatkan melihat sejumlah lokasi bersejarah yang memiliki kaitan dengan sinau pancasila, di antaranya Masjid Sunan Gunung Jati.

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto melihat ada yang luar biasa ketika menengok kembali apa yang dilakukan Presiden Sukarno di Cirebon.

Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan

Di sini bisa ditelusur warisan sejarah, bagaimana Bung Karno meghadirkan Masjid Sunan Gunung Jati di Cirebon dan latar sejarahnya perlu digali bersama.

Masjid dengan cat dominan warna hijau berdiri kokoh di Jalan Kesambi No.94, Kota Cirebon. Pada bagian depan masjid terdapat sebuah prasasti yang menuliskan sekelumit sejarah masjid tersebut.

“Masjid Sunan Gunung Djati atas pemberian nama dari PJM Republik Indonesia, Dr Ir Soekarno. Wakafnya Ibu RH Siti Garmini Sarojo Binti R Muchalar Surjaarmadja. Peletakan Batu Pertama oleh Wali Kota Kepala Daerah Tjirebon RSA Prabowo pada Tg 17-6-1960.”

Saat kunjungan tersebut, Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto menegaskan ada hal yang strategis dan penting dalam proses pendidikan kebangsaan yaitu meneguhkan karakter bagi semua warga termasuk kaum muda.

“Ada yang luar biasa, kalau menengok kembali apa yang dilakukan oleh Presiden Sukarno di Cirebon. Kita bisa telusuri warisan beliau, bagaimana meghadirkan Masjid Sunan Gunung Jati di Cirebon dan latar sejarahnya perlu kita gali bersama,” kata Eko Suwanto.

Ia pun menyebut tiga aspek penting dari kunjungan yang dilakukan. Pertama, aspek ilmu pengetahuan harus diikuti dengan riset agar naskah otentik.

Kedua, soal pentingnya pembangunan museum. Kedua, jejak Soekarno yang sudah dikunjungi perlu dibuatkan dokumentasi dalam wujud video dan buku serta bisa dipublikasikan.

Baca Juga:Menteri ATR/BPN Benarkan Pagar Laut Sepanjang 30,16KM di Perairan Tangerang Punya HGB dan SHM, Ini JelasnyaPemerintah Kabupaten Cirebon Tangani Banjir Bandang, Begini Langkah Strategis BBWS Cimancis

Menurut dia, Pemda DIY ke depan penting merealisasikan kerjasama dengan banyak pihak guna realisasikan sinau Pancasila dan Wawasan kebangsaan.

“Di Cirebon kita lihat bagaimana kerukunan, budaya hadir dalam kehidupan masyarakat yang rukun,” ungkap Eko Suwanto.

Eko Suwanto menambahkan dalam sejarahnya, relasi Bung Karno dengan Islam dan budaya cukup besar. Bung Karno, lanjut dia, pernah ada diskusi dengan pemimpin Soviet, kunjungan ke makam Imam Bukhari, membangun Masjid Syuhada, berdialog dengan masyarakat 1960 di Cirebon, serta memberikan nama masjid Sunan Gunung Jati.

0 Komentar