Andai Saya Bisa Mikul Dhuwur Mendhem Jero

Bondhan W
Bondhan W
0 Komentar

Dalam sudut pandang lain, ketika seorang pemimpin kita junjung tanpa di-pendhem dulu kesalahan-kesalahannya, yang akhirnya dijunjung bukan hanya jasa baik tapi juga kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan yang ikut terjunjung.

Oleh karena itu adalah penting untuk menempatkan mendhem jero sebelum kita mikul dhuwur sebagai hasil dari sebuah proses pikir yang runut. Keberanian kita untuk melakukan proses mendhem jero adalah kunci sukses menjalankan ajaran budaya ini.

Dalam mendhem jero, kesalahan yang dilakukan si pemimpin harus dinyatakan, dipelajari bahkan jika perlu dimintakan pertanggungjawabannya di muka hukum untuk kemudian bisa kita jadikan pelajaran berharga bagi bangsa dan negara supaya hal-hal buruk itu tak terjadi lagi dan tidak ditiru oleh pemimpin-pemimpin berikutnya.

Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan

Saya percaya Prabowo adalah tokoh yang ikhlas sebagaimana dikatakan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid. Ikhlas prasyarat primer untuk menjadi capable dalam memimpin negara sebesar dan sekompleks Indonesia.

Ikhlas adalah hati yang lapang untuk menerima semua takdir, bukan kemampuan menerima yang bengkok dan menjustifikasi yang salah. Ikhlas harus tercermin pada tindakan jujur dan objektif meskipun berpotensi merugikan dirinya.

Jika diimplementasikan dalam ranah politik, keikhlasan adalah sikap kenegarawanan pada nilai-nilai luhur bangsa dan negara, serta komitmen tulus dan istiqamah pada amanat penderitaan rakyat, apapun resikonya.

Lalu, timbul pertanyaan saya, dalam keadaan bagaimana ajaran mikul dhuwur mendhem jero ini perlu diterapkan?

Penulis: Bondhan W

0 Komentar