“Dan kita juga sedang nego dan menjajaki kerja sama PT DI dengan Turki, mengembangkan juga pesawat generasi kelima,” ungkap Prabowo.
Akan tetapi sampai dengan saat ini, belum ada tanda-tanda keseriusan Indonesia untuk mengajukan pembelian KAAN yang sudah ditawarkan berkali-kali.
Apalagi sepanjang 2022-2024, pemerintah lebih fokus untuk menyelesaikan proses transaksi 42 unit Rafale dengan nilai kontrak sebesar 8,1 miliar dolar AS.
Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan
Jika ditinjau dari segi harga, satu unit KAAN mungkin akan terasa mahal jika Indonesia membelinya yakni pada kisaran 100 juta dolar AS.
Angka ini mendekati F-35 yang dibanderol pada kisaran 82,4 hingga 102,1 juta dolar AS namun sangat terpaut jauh dari Su-75 yang hanya dipatok sekira 30 juta dolar AS.
Namun apabila ditinjau dari berbagai sisi, memilih produk buatan Turki sebagai jet tempur generasi kelima pilihan untuk NKRI akan mendapat double benefit yang sangat berguna bagi negeri ini.
Tidak hanya memperkecil kesenjangan skill tempur TNI AU dengan Angkatan Udara Republik Singapura (RSAF) yang sudah lebih dulu memiliki F-35.
Tetapi juga useful bagi PTDI yang ingin terus bertumbuh dan berkembang.
Ini sangat ditopang dengan adanya dukungan dari Presiden Prabowo ketika mengunjungi Turki sebelum dilantik memimpin negeri ini.
“Kunjungan kerja Menhan Prabowo ke Turki menghasilkan beberapa komitmen kerja sama industri pertahanan, di antaranya joint development jet tempur generasi kelima, kapal perang fregat, dan helikopter,” tulis akun X @KemhanRI pada 22 Agustus 2024.
Baca Juga:Menteri ATR/BPN Benarkan Pagar Laut Sepanjang 30,16KM di Perairan Tangerang Punya HGB dan SHM, Ini JelasnyaPemerintah Kabupaten Cirebon Tangani Banjir Bandang, Begini Langkah Strategis BBWS Cimancis
Bagi TNI AU, keberadaan lisensi produksi KAAN untuk Indonesia memudahkan mereka untuk memperoleh pasokan armada tempur udara dengan cepat dan efisien.
Apalagi jika bicara situasi di kawasan Indo-Pasifik yang sangat tidak menentu.
Sementara dari sisi PTDI, mereka bisa memperoleh kesempatan meningkatkan kapasitasnya merakit pesawat kelas dunia seiring dengan dibukanya kantor cabang Turkish Aerospace Industries (TAI) di Bandung, Jawa Barat yang bahkan berada dalam satu kompleks.
Keinginan ini sangat masuk akal mengingat pemerintah turut mengupayakan adanya transfer teknologi dalam setiap pembelian alutsista dari luar negeri tak terkecuali untuk jet tempur generasi kelima.