Peringatan 75 Tahun Indonesia-Turki Akar Hubungan Diplomatik Masa Lalu

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyambut kedatangan Presiden Turkiye, Recep Tayyip Erdogan bes
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyambut kedatangan Presiden Turkiye, Recep Tayyip Erdogan beserta Ibu Emine Erdogan di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Selasa, 11 Februari 2025. Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev
0 Komentar

Selama KTT Pemimpin G-20 di Rio de Janeiro, Presiden Prabowo bertemu dengan Presiden Erdogan pada pertemuan para pemimpin MIKTA, sebuah kemitraan lintas kawasan anggota G-20 yang berkomitmen untuk membangun konsensus mengenai isu-isu global.

Sebelum pertemuan ini, Presiden Prabowo sudah memiliki hubungan dekat dengan Turki. Ia bertemu dengan pemimpin Turki lebih sering dibandingkan dengan pemimpin Indonesia mana pun sebelumnya, hal ini merupakan indikasi signifikan betapa pentingnya Turki bagi Indonesia.

Kerja sama pertahanan

Kunjungan Presiden Prabowo ke Turki telah dimulai pada masa jabatannya sebagai menteri pertahanan pada tahun 2019-2024, yang secara signifikan meningkatkan kemungkinan kerja sama pertahanan antara kedua negara.

Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan

Meskipun Kesultanan Ottoman pernah mengajari Indonesia seni pembuatan meriam, kini industri pertahanan kedua negara, FNSS dan PT Pindad, bersama-sama memproduksi tank medium KAPLAN.

Visi kebijakan luar negeri Turki selama satu abad memprioritaskan pendekatan independen dalam urusan luar negeri, yang sejalan dengan kebijakan luar negeri Indonesia yang “bebas” dan “aktif.”

Kebijakan luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif berarti mempertahankan sikap independen, tidak bersekutu dengan kekuatan besar dunia mana pun.

Oleh karena itu, hal ini berarti berpartisipasi secara aktif dalam urusan internasional untuk memajukan perdamaian dan keadilan di panggung global dan pada dasarnya mengambil peran independen namun terlibat dalam mengatasi permasalahan global.

Tentu saja, kasusnya sedikit berbeda karena Turki adalah anggota NATO, namun Turki juga tetap aktif dalam mengupayakan keseimbangan global.

Anggota BRICS

Sebagai satu-satunya anggota NATO yang ingin bergabung dengan BRICS, Turki memiliki posisi strategis geopolitik yang khas. Keanggotaan Turki di BRICS akan menawarkan peluang untuk mendiversifikasi kemitraan dagangnya. Tidak mengherankan jika Turki pada saat yang sama masih menganggap keanggotaan penuh di Uni Eropa sebagai agenda utama.

Demikian pula, ketika menjadi anggota BRICS, Indonesia tetap menjadi anggota yang aktif dan bertanggung jawab dalam platform multilateral lainnya yang mengakomodasi kepentingan negara-negara Barat dan Selatan.

Baca Juga:Menteri ATR/BPN Benarkan Pagar Laut Sepanjang 30,16KM di Perairan Tangerang Punya HGB dan SHM, Ini JelasnyaPemerintah Kabupaten Cirebon Tangani Banjir Bandang, Begini Langkah Strategis BBWS Cimancis

Turki, Indonesia dan anggota BRICS lainnya dapat bersama-sama mendorong kerja sama dan mengedepankan kepentingan pembangunan bersama negara-negara berkembang.

0 Komentar