Indonesia Anggota Penuh BRICS: Memperkokoh Negara-negara Berkembang dan Mengangkat Dunia Selatan

KTT BRICS di Kazan, Rusia. (Intagram/sugiono_56)
KTT BRICS di Kazan, Rusia. (Intagram/sugiono_56)
0 Komentar

Secara statistik, negara-negara anggota BRICS mencakup sekitar 45 persen populasi dunia, 28 persen perekonomian global, dan secara kolektif mereka memproduksi lebih dari sepertiga minyak mentah dunia.

Dan, jika Arab Saudi bergabung dengan kelompok tersebut (yang belum mempertimbangkan undangan BRICS), maka kelompok tersebut akan memproduksi sekitar 43 persen minyak mentah global.

Pertumbuhan di antara negara-negara berkembang ini akan memperlebar kesenjangan antara BRICS+ dan negara-negara G7. Sesuai perkiraan IMF, BRICS+ akan menyumbang 37,6 persen PDB dunia berdasarkan paritas daya beli pada tahun 2027, dibandingkan dengan 28,2 persen di G7.

Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan

Hal ini akan menandakan peralihan kekuatan ekonomi ke negara-negara berkembang, meningkatkan perdagangan intra-BRICS dan jaringan regional dibandingkan mengandalkan pasar G7, dan juga mengarah pada penciptaan aliansi dan institusi alternatif.

Selain memperluas keanggotaannya, BRICS juga memperluas agendanya di luar bidang ekonomi untuk mencakup tantangan global.

Dua pilar utama BRICS adalah kerja sama praktis di berbagai bidang melalui pertemuan Working Groups and Senior Officials, dan konsultasi mengenai hal-hal yang menjadi kepentingan bersama melalui pertemuan antara Pemimpin dan Menteri Keuangan, Perdagangan, Kesehatan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Pendidikan, Pertanian, Komunikasi, dan Tenaga Kerja.

Kolaborasi intra-BRICS kini mencakup kesejahteraan sosial, kekayaan intelektual, pariwisata, ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya, luar angkasa, lembaga think tank, serta tata kelola dan keamanan internet.

Dengan BRICS+, negara-negara berkembang menetapkan standar baru dalam pembuatan pesanan. Dengan kata lain, meskipun keberadaannya bersifat informal, BRICS telah muncul sebagai kontestan kuat dalam membangun wacana alternatif mengenai tata kelola global—yang bersifat non-Barat.

Ekspansi ini memberikan BRICS punya bobot ekonomi dan demografi yang lebih besar serta suara yang lebih kuat kepada negara-negara Selatan, sehingga berpotensi mengubah diskusi di lembaga-lembaga seperti PBB dan WTO.

Namun, keberhasilan jangka panjang BRICS yang diperluas akan bergantung pada kemampuannya untuk menyeimbangkan beragam kepentingan dan bertindak sebagai suara yang bersatu di panggung global.

Penulis: Bondhan W

0 Komentar