Dengan kemampuan tersebut, pengadaan BrahMos menjadi daya tarik bagi TNI Angkatan Laut untuk meningkatkan kapasitas rudal supersonik, mengingat sistem rudal Yakhont hanya dilengkapi pada satu fregat kelas Ahmad Yani, KRI Oswald Siahaan.
Selain itu, BrahMos, sebagai rudal generasi baru, dilengkapi dengan sistem panduan yang lebih canggih daripada Yakhont, sehingga memberikan peluang untuk melengkapi kemampuan Yakhont.
Rudal anti kapal selalu mendapat tempat dalam visi strategis Indonesia, yaitu mengamankan wilayah maritim di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.
Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan
Negara ini memiliki beberapa titik kritis (Selat Malaka, Sunda, Lombok, dan Makassar) yang merupakan jalur utama logistik Indonesia. Sekitar 40 persen kapal barang dagangan dunia melewati titik-titik ini. Lebar tiap choke point bervariasi, mulai dari 18 kilometer di bagian tersempit Selat Lombok hingga 300 kilometer di titik terlebar Selat Makassar.
Mengingat pentingnya hal ini, pengadaan BrahMos dapat mengisi kesenjangan jangkauan rudal anti-kapal Indonesia yang ada saat ini di titik-titik tersebut, memperkuat kemampuan postur pertahanan maritim Indonesia sekaligus mendukung komitmen Indonesia untuk menjaga keamanan jalur laut dunia.
Namun, kesepakatan BrahMos Indonesia tidak berhenti pada penggunaan militer saja. Pengadaan BrahMos juga melambangkan pandangan strategis Indonesia terhadap rantai pasokan dan diplomasinya.
Pengadaan BrahMos dari India juga dapat dilihat sebagai upaya Indonesia untuk mendiversifikasi rantai pasokan senjata untuk mencegah ketergantungan impor pada negara-negara yang berada dalam wilayah geopolitik, yang menyebabkan tingginya risiko rantai pasokan.
Penelitian LAB45 menemukan bahwa ketegangan geopolitik meningkatkan tren prioritas ekspor senjata ke negara-negara dalam blok yang sama, sehingga menyulitkan negara-negara pengimpor senjata yang tidak memihak, seperti Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia perlu mencari rantai pasokan senjata yang lebih aman dari produsen di luar blok geopolitik yang bertikai, termasuk India.
India telah lama menginginkan rudal jelajah BrahMos menjadi produk ekspor senjata India, yang berpotensi membuat India sebagai produsen senjata utama dunia.
Menurut Sputnik, India mengincar pasar Asia Tenggara dan Timur Tengah.
Sebelumnya Vietnam dikabarkan tertarik membeli rudal BrahMos, namun Vietnam terlanjur membeli sistem rudal Russian Bastion dengan rudal Onyx.