Setelah hampir sebelas tahun berkuasa, Bokassa menobatkan diri sebagai kaisar dan akhirnya digulingkan juga dalam kudeta.
Dalam artikel “Military Coups and Military Regimes in Africa” (1983), Samuel Decalo melihat kesamaan kasus kudeta di Nigeria, Zaire (Kongo), Ghana, dan Uganda. Di negara-negara tersebut, kudeta digerakkan oleh para perwira tinggi militer. Salah satu contohnya adalah Idi Amin dari Uganda yang terkenal buas itu. Sebelum mendongkel kursi Presiden Militon Oboye, Amin menduduki jabatan strategis di Angkatan Darat.
Lain cerita dengan kudeta Ghana pada 1966 yang digerakkan perwira militer berpangkat rendah dan pejabat polisi. Dengan bantuan CIA, mereka berhasil menggulingkan Kwame Nkrumah, seorang pemimpin gerakan kemerdekaan Ghana dan arsitek perjuangan revolusioner Afrika pada abad ke-20.
Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan
Mobutu Sese Seko dari Kongo pun seorang tentara yang berkuasa selama 32 tahun melalui kudeta pada 1965. Di bawah pemerintahan Mobutu, perbedaan pendapat tak ditolerir. Ia bahkan menciptakan kultus pemimpin dengan mengenakan topi kulit macan dan menggenggam sebilah tongkat kayu berukir sosok elang di kepalanya.
Faktor Perang Dingin
Studi Habiba Ben Barka dan Mthuli Ncub “ Political Fragility in Africa: Are Military Coups d’Etat a Never-Ending Phenomenon?” (2012) menyebutkan bahwa Perang Dingin antara Blok Komunis dan Kapitalis adalah faktor penting dalam sejarah kudeta di Afrika.
Beberapa kudeta militer pada tahun-tahun awal kemerdekaan terinspirasi oleh faktor-faktor ideologis. Keinginan mengubah basis sosial negara dari oligarki ke demokrasi—seringkali juga sosialisme—jadi motif kudeta.
Setelah kudeta sukses dilancarkan, nyatanya mereka harus menghadapi pengaruh Perang Dingin antara dua negara adidaya (Amerika dan Soviet). Perebutan pengaruh diplomatik, militer dan ekonomi makin merusak struktur sosial dan politik di negara-negara Afrika yang masih muda.
Pada 1970-an, anggaran belanja militer di negara-negara Afrika melonjak, seraya diiringi korupsi yang meluas di tubuh angkatan perang dan rezim militer yang tengah berkuasa. Ketimpangan sosial pun tak meledak di mana-mana. Faktor-faktor tersebut menjadi bahan bakar sekitar 100 upaya kudeta militer antara 1970 sampai 1990.