Hari Gini Makar, Mau Ngapain?

Ilustrasi
Ilustrasi
0 Komentar

Setelah Kapitan Jonker, Pieter Erberveld, pengusaha kaya di Betawi berdarah Belanda Jerman, juga dianggap orang yang berusaha melakukan makar di Batavia. Jika Jonker dituduh berkomplot dengan keturunan Sultan Banten, yang dulu diperangi Jonker, maka Pieter dituduh berkomplot dengan dengan orang-orang dari Jawa pada 1721. Baik Jonker dan Pieter, yang sama-sama bekas orang kepercayaan Gubernur Jenderal Speelman itu, akhirnya dibunuh VOC.

Kepala Pieter dipenggal bersama 18 orang lainnya. Pieter dimakamkan di suatu sudut Jalan Pangeran Jayakarta. Tugu peringatan soal Pieter bahkan pernah dibuat di Kampung Pecah Kulit, dengan tujuan agar tidak ada lagi makar di Betawi. Namun, setelah itu memang masih ada usaha besar untuk mengkudeta Gubernur Jenderal di Betawi.

Hampir semua kaum pergerakan nasional tidak pernah berniat melakukan makar untuk menyingkirkan Gubernur Jenderal. Mereka yang dianggap koperatif, paling radikal, hanya mengajukan petisi Indonesia berparlemen, tidak lebih. Mereka yang keras pada pemerintah kolonial hanya berusaha mempersiapkan revolusi yang tak jelas kapan akan meletus. Partai Komunis Indonesia, di tahun 1926, hanya melakukan pemberontakan tanpa arah yang lebih mirip kerusuhan ketimbang perebutan kekuasaan. Mereka hanya menyerang kantor pemerintahan, tak jauh beda dengan Pemberontakan Petani Banten 1888.

Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan

Barangkali apa yang dilakukan kelompok Nani Wartabone di Gorontalo pada 23 Januari 1942 boleh disebut kudeta juga. Jelang kalahnya Hindia Belanda oleh Jepang, di Gorontalo dan sekitarnya, pemerintah kolonial memerintahkan pembumihangusan kopra yang jadi pemicu pemberontakan. Pada 23 Januari 1942 itu, massa rakyat memadati Lapangan Tenis Gorontalo. Semua orang yang bekerja pada pemerintah kolonial, terutama orang-orang Belanda, ditahan. Nani Wartabone kemudian berpidato.

“Mulai hari ini tanggal 23 Januari 1942, kita sudah bebas dari penjajahan Belanda, bendera kita Merah Putih, lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya,” ucapnya yang mirip dengan sebuah proklamasi pembebasan Gorontalo dari pemerintah kolonial. Kudeta ini terlaksana karena Hindia Belanda mulai kacau oleh kedatangan Jepang.

Makar semacam ini terjadi juga di Nias. Bukan oleh orang-orang Indonesia, melainkan orang-orang Jerman yang ditahan di Gunungsitoli. Orang-orang Jerman ini sebelumnya hampir tenggelam ketika kapal Belanda yang menawan untuk dibawa ke arah India dibom oleh pesawat Jepang. Mereka juga hampir jadi santapan hiu sebelum terdampar di Nias. Polisi kolonial menahan mereka.

0 Komentar