USAHA makar bukan barang baru di Indonesia. Sejarahnya panjang sejak era Ken Arok. Di Indonesia, sejumlah makar mewarnai perjalanan sejarah Indonesia.
Ada yang menginginkan kekuasaan, ada yang bermotif dendam, ada yang sekadar ingin ada pergantian pemimpin. Nyatanya, kudeta memang ada di Indonesia dalam berbagai bentuknya.
Asal kata makar berasal dari bahasa Belanda, yaitu “aanslag”, yang secara etimologis berarti “menyerang” (serangan/penyerangan) atau dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai violent attack, fierce attack
Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan “makar” sebagai (salah satunya) perbuatan atau usaha menjatuhkan pemerintah yang sah. Ada istilah lain yang lebih populer yaitu “kudeta” yang menurut KBBI berarti “perebutan kekuasaan (pemerintahan) dengan paksa”.
Catatan makar di Indonesia sudah terekam sejak zaman kerajaan feodal Hindu. Salah satunya adalah makar Ken Arok yang merebut kekuasaan di Tumapel dari tangan Tunggul Ametung. Ken Arok adalah salah satu pelaku makar penting dalam sejarah Indonesia.
Makar disiapkan melalui sebuah rencana yang tersusun rapi di tahun 1222. Keris buatan Mpu Gandring pesanan Ken Arok tertancap dan membunuh Tunggul Ametung. Kebo Ijo dijadikan kambing hitam atas terbunuhnya Tunggul Ametung. Setelahnya, Ken Arok jadi penguasa Tumapel dan mengawini janda Tunggul Ametung yang katanya cantik, Ken Dedes.
Pemberontakan Kuti terhadap Raja Majapahit bernama Jayanegara juga disebut kudeta. Pada 1319, Kuti berhasil menguasai ibukota Majapahit, sehingga Jayanegara yang dikawal Gajah Mada harus menyingkir ke Badander. Belakangan, Gajah Mada jadi pahlawan Majapahit yang berhasil menumpas pemberontakan itu, lalu diberi jabatan patih.
Di masa berikutnya, ada makar oleh Aria Penangsang terhadap Kesultanan Demak di tahun 1549. Sunan Prawoto, anak dari Sultan Trenggono terbunuh oleh orang suruhan Penangsang bernama Rungkud. Pembunuhan itu terkait dengan balas dendam terhadap Prawoto yang membunuh ayahnya, Pangeran Sekar. Dendam Aria Penangsang itu menjadi akhir catatan buram Kesultanan Demak, yang dianggap kerajaan Islam pertama di Jawa.
Kisah perebutan kekuasaan tak berhenti disitu. Setidaknya, ketika VOC berkuasa di Indonesia dengan berpusat di Batavia atau Betawi, pernah ada Kapitan Jonker yang dituduh akan melakukan perebutan kekuasaan pada 1689. Tuduhan rencana makar oleh Kapitan Jonker ini lemah bukti. Ini mengingat sebelumnya Kapitan Jonker, tokoh masyarakat Ambon yang punya banyak tanah di Marunda, adalah orang yang berjasa dalam mengalahkan musuh-musuh VOC di beberapa wilayah di Indonesia.