Gunung Pandan Puncak Kendeng Antara Mitos Eyang Derpo dan Pusat Kaum Brahma Budha Mahayana di Jawa

Petilasan di Gunung Pandang, Kabupaten Bojonegoro (Tangkapan layar Cito Adventure Madiun YouTube)
Petilasan di Gunung Pandang, Kabupaten Bojonegoro (Tangkapan layar Cito Adventure Madiun YouTube)
0 Komentar

Artinya, ratusan tahun sebelum Kerajaan Majapahit (1293 – 1597 M) didirikan pun, Gunung Pandan sudah masyhur sebagai pusat kaum Brahma. Apalagi Kasunan Surakarta (Keraton Solo) yang baru lahir pada 1745 M, tentu belum ada.

Data literatur terkait Gunung Pandan juga dijelaskan secara detail oleh H. Kern dalam Verspreide Geschriften (1917 :96). Menurut Kern yang menerjemah Prasasti Pucangan Sanskerta (1041 M) menyebut, Puncak Kendeng (Gunung Pandan) sebagai pertapaan mewah kaum Brahma yang dibuat oleh Maharaja Erlangga.

Dalam bait nomor 32 Prasasti Pucangan Sanskerta (1041 M), Kern menulis: “tak henti-hentinya masyarakat berlomba-lomba untuk pergi ke sana dan menatap dengan mata gemetar takjub; mereka membawa karangan bunga, dan penuh pujian untuk pangeran yang luar biasa (Raja Erlangga)” — yang telah membangun pertapaan itu.

Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan

Dari data di atas amat jelas bahwa figur Kiai Derpo dan Nyai Gendrosari adalah entitas pendhermaan zaman Raja Erlangga (990-1049 M). Keberadaan mereka adalah bukti betapa keberagaman dan khazanah budaya di Nusantara, khususnya Bojonegoro, memang besar dan amat masyhur.

Namun, ada pihak-pihak yang berupaya menyemai mitos dan mengaburkan sejarah besar itu. Dan itu belum lama. Terbukti, pada 1882 M, patung raksasa itu diberitakan hilang tanpa jejak. Ini dijelaskan dalam Laporan Komisi Hindia Belanda tentang Penelitian Arkeologi di Jawa dan Madoera wilayah Distrik Padangan (1910).

Laporan Komisi Hindia Belanda

Dijelaskan bahwa patung raksasa itu hilang tanpa jejak sejak 1882. Padahal, ilmuan Belanda, Dr. Brumund, srmpat merekonstruksinya dengan deskripsi sebagai berikut: “Dua puncak berdampingan di Gunung Pandan: satu terlalu curam, tidak mungkin untuk didaki, yang lain memiliki dataran kecil, mungkin sebagian diratakan oleh tangan manusia.

Di atasnya duduk patung berlengan dua, melengkung setinggi dua setengah kaki, tanpa hiasan; dua pita yang melekat pada linggani yang luar biasa besar dan alami. Kepala dan priap telah terlempar dari tubuh, tetapi kemudian sudah disatukan. Patung itu disebut Kjahi Deipo oleh penduduk”.

Fakta Ilmiah Gunung Pandan Puncak Kendeng

Gunung Pandan yang merupakan puncak Pegunungan Kendeng memang sangat menarik, ketika diteliti sampai hari ini, karena banyak pula para ilmuan, peneliti dan arkeolog Belanda kepo dengan kawasan tersebut.

0 Komentar