BMKG Paparkan Ilmu Titen, Kearifan Lokal Jawa Alat Mitigasi Bencana

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. (Dok. BMKG)
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. (Dok. BMKG)
0 Komentar

KEPALA BMKG Dwikorita Karnawati menegaskan ilmu titen, yang merupakan kearifan lokal Jawa dalam membaca tanda-tanda alam, bisa menjadi alat mitigasi bencana yang efektif.

Menurutnya, mengenali perubahan alam, seperti awan menghitam, air sungai yang tiba-tiba keruh, atau retakan di lereng gunung dapat membantu masyarakat menghindari potensi bencana, seperti banjir bandang, longsor, atau angin puting beliung.

Ilmu titen adalah kemampuan mengamati pola alam berdasarkan pengalaman turun-temurun. Beberapa tanda alam yang perlu diwaspadai, yaitu, pertama, awan menghitam dan tebal. Waspada hujan lebat, petir, dan angin kencang.

Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan

Kedua, awan dengan ekor seperti belalai. Bisa menjadi indikasi angin puting beliung, segera cari tempat aman. Ketiga, mendung di hulu sungai. Potensi banjir bandang meskipun cuaca di sekitar masih cerah.

Keempat, air sungai tiba-tiba keruh. Bisa menjadi pertanda datangnya banjir bandang. Kelima, retakan atau rembesan air di lereng gunung. Waspadai potensi longsor dan segera menjauh.

“Kalau langit mendung tiba-tiba di pegunungan, lebih baik segera menjauh dari lereng. Itu bisa jadi tanda awal longsor,” ujar Dwikorita terkait saran BMKG mengenai ilmu titen dan mitigasi bencana.

BMKG memprediksi musim hujan berlangsung hingga akhir Maret 2025, dengan puncaknya terjadi pada Januari-Februari 2025. Cuaca ekstrem dapat berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain. Beberapa daerah yang perlu waspada antara lain, Sumatera, Jabodetabek, Jawa Tengah dan Timur, serta Sulawesi.

BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu memantau informasi cuaca terkini melalui situs resmi BMKG. Untuk mengurangi risiko bencana akibat cuaca ekstrem, masyarakat disarankan untuk memahami tanda-tanda alam berdasarkan ilmu titen dan menghindari berteduh di bawah pohon saat hujan lebat.

Selain itu, menjauhi lereng gunung yang menunjukkan tanda retakan atau rembesan air, menghindari bermain di sungai jika melihat air tiba-tiba keruh dan selalu update informasi cuaca dari BMKG

Dengan menggabungkan ilmu titen dan teknologi modern, BMKG berharap masyarakat bisa lebih siap menghadapi potensi bencana alam sebagai langkah mitigasi bencana.

0 Komentar