Rekam Jejak Japto Soelistyo Soerjosoemarno

Ketua Umum (Ketum) Majelis Pimpinan Nasional Pemuda Pancasila (PP) Japto Soerjosoemarno.
Ketua Umum (Ketum) Majelis Pimpinan Nasional Pemuda Pancasila (PP) Japto Soerjosoemarno. (Antara)
0 Komentar

Sebutan prestisius di lingkungan geng ini disandang Japto tatkala ia mengaku sebagai pembunuh salah satu pemuda dalam tawuran antar remaja, padahal ketika itu si pembunuh adalah teman lain di 234 SC. Karena itu namanya naik di lingkungan geng maupun di mata lawan-lawannya.

Adalah Loren Ryter seorang pengajar dan peneliti di Centre for Southeast Asian Studies, Universitas Michigan, USA, menyebut bahwa geng-geng di ibukota terkadang dimanfaatkan oleh para intelijen tentara.

Salah satunya adalah Jenderal Ali Moertopo, wakil kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara saat itu yang sering menggunakan jasa-jasa geng di ibukota untuk operasi tertentu. Kedekatan anggota geng dan tentara dalam kekuasaan Orde Baru kemungkinan besar dimulai dari sini.

Baca Juga:Di Balik Tradisi Angpao di Tahun Baru ImlekKasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka Pembunuhan

Belakangan pada 1980an Panglima Kodam Jakarta Raya, Jenderal Try Sutrisno membubarkan geng-geng di ibukota. Kabarnya, menurut Loren Ryter, Try Sutrisno tidak suka dengan keberadaan geng-geng yang berlindung di ketiak tentara. Menurut Try, mereka dituding sebagai biang dari beberapa kerususuhan di Ibukota.

Lalu kemana Japto berlabuh?

Pada Musyawarah Besar Pemuda Pancasila (PP) III di Cibubur tahun 1981, Japto terpilih sebagai Ketua—organisi yang menjadikannya sebagai tokoh hingga kini. Pemuda Pancasila adalah organisasi kepemudaan yang berdiri pada 28 Oktober 1959.

Organisasi ini didirikan mantan komandan militer legendaris Abdul Haris Nasution, dengan tujuan tunggal menghadapi ancaman komunis atau sebagai lawan tanding dari Pemuda Rakyat yang dibentuk Partai Komunis Indonesia (PKI). Pasca Peristiwa 30 September 1965 organisasi ini terlibat aktif dalam penumpasan anggota PKI.

Belakangan ketika rezim Soeharto menguasai Indonsia, PP menjadi underbow Partai Golongan Karya (Golkar). PP digunakan untuk memobilisasi dukungan di kalangan pemuda terhadap Golkar selama pemilihan umum yang diselenggarakan Orde Baru.

Dari sini Japto semakin dekat dengan tokoh-tokoh kunci Orde Baru sekaligus bisa merangkul para “jagoan” di seluruh Indonesia, salah satunya para gangster Medan.

Ia bahkan semakin merekatkan hubungan dengan keluarga Cendana, terutama ibu Tien Soehato dan anak-anaknya. Japto masih berkerabat dengan Tien Soeharto dari garis keturunan Mangkunegaran Solo.

0 Komentar