Malti Pandey, salah satu peziarah yang selamat, menggambarkan momen mengerikan tersebut.
“Saya sedang berjalan menuju sungai di jalur yang dibatasi pagar ketika tiba-tiba kerumunan mulai mendorong,” kata pria berusia 42 tahun itu. “Banyak orang yang terinjak dan tertindih.”
Kumbh Mela merupakan festival yang sangat dihormati dalam kepercayaan Hindu dan berakar pada mitologi tentang pertempuran antara para dewa dan iblis untuk mendapatkan kendi berisi amrita, atau nektar keabadian. Oleh karena itu, ritual mandi di sungai suci dipercaya dapat menyucikan jiwa dan menghapus dosa-dosa masa lalu.
Baca Juga:Kasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka PembunuhanMenteri ATR/BPN Benarkan Pagar Laut Sepanjang 30,16KM di Perairan Tangerang Punya HGB dan SHM, Ini Jelasnya
Tahun ini, panitia festival memperkirakan hingga 400 juta peziarah akan mengunjungi Kumbh Mela sebelum acara berakhir pada 26 Februari. Jumlah tersebut setara dengan populasi sebuah negara besar, sehingga pengelolaan massa menjadi tantangan besar bagi otoritas keamanan.
Mengingat sejarah panjang insiden tragis di Kumbh Mela, pihak berwenang telah meningkatkan langkah-langkah pengamanan dengan memasang ratusan kamera pengawas dan drone untuk memantau pergerakan kerumunan. Teknologi ini terhubung ke pusat komando yang dirancang untuk mendeteksi potensi bahaya akibat kepadatan massa.
Namun, meskipun langkah-langkah tersebut telah diterapkan, insiden desak-desakan tetap terjadi. Kejadian ini mengingatkan kembali pada tragedi tahun 1954, ketika lebih dari 400 orang meninggal dalam satu hari akibat terinjak atau tenggelam. Selain itu, pada tahun 2013, festival Kumbh Mela di Prayagraj juga mencatat 36 korban jiwa akibat insiden serupa.