Sedangkan dalam konteks regional, kedua pemimpin sepakat untuk memperkuat koordinasi dalam menghadapi tantangan geopolitik. Kedua negara juga menunjukkan keselarasan sikap terkait isu Palestina.
“Masalah Palestina kita berada di satu garis, kita tetap mendukung kemerdekaan Palestina. Dan kita sangat tegas bahwa the only solution is a two-state solution,” tegas Presiden Prabowo.
Salah satu artikel yang cukup menarik perhatian berjudul ASEAN faces risk of disarray amid Anwar-Prabowo ‘competition’ menyebutkan adanya semacam “kompetisi” terselubung antara Prabowo dan Anwar. Keduanya disebut memiliki ambisi besar untuk menjadikan negara masing-masing sebagai pemain kunci di panggung internasional. Dengan mengutip sejumlah pakar, Norman bahkan menulis bahwa persaingan ini dapat menjadi ancaman bagi kesatuan ASEAN, terutama dalam menghadapi tekanan dari Tiongkok dan perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat di bawah pemerintahan Donald Trump yang baru terpilih.
Baca Juga:Kasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka PembunuhanMenteri ATR/BPN Benarkan Pagar Laut Sepanjang 30,16KM di Perairan Tangerang Punya HGB dan SHM, Ini Jelasnya
Pengamat intelijen dan politik, Bondhan Wibisono mengungkapkan kehadiran Prabowo Subianto dan Anwar Ibrahim sebagai pemimpin Indonesia dan Malaysia justru menghadirkan peluang yang unik.
“Di tengah dunia yang semakin terpolarisasi akibat pengaruh Tiongkok yang intrusif dan kebijakan Donald Trump yang sering tidak terduga, kedekatan personal antara kedua pemimpin ini bisa menjadi katalis untuk memperkuat hubungan bilateral dan, lebih luas lagi, kerja sama di ASEAN,” jelasnya, Selasa (28/1).
Menurutnya, Prabowo memiliki hubungan historis yang erat dengan Malaysia. Ia pernah tinggal di sana selama beberapa waktu dan bahkan mengakui bahwa setiap kunjungannya ke Malaysia terasa seperti pulang kampung. Hal ini mencerminkan hubungan emosional yang dapat memengaruhi diplomasi dengan cara yang lebih cair dan penuh pengertian.
Sementara itu, kata Bondhan, Anwar Ibrahim memiliki banyak kawan di Indonesia. Ketika ia menghadapi cobaan berat dalam bentuk kasus hukum yang mengguncang karier politiknya, Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah salah satu tokoh Indonesia yang berdiri mendukungnya secara moral.
“Kedekatan ini, yang telah terjalin jauh sebelum keduanya menjadi pemimpin, menciptakan fondasi yang kokoh untuk membangun hubungan strategis yang lebih dalam,” jelasnya.