DeepSeek Target Serangan Siber Usai di Posisi Puncak di APP Store Apple-Google Play Store, Begini Kronologinya

Image credit: DeepSeek
Image credit: DeepSeek
0 Komentar

APLIKASI kecerdasan buatan (AI) China DeepSeek menghadapi tantangan baru setelah perusahaan teknologinya menjadi target serangan siber besar-besaran.

Insiden tersebut terjadi bersamaan dengan pencapaian DeepSeek sebagai aplikasi AI terpopuler, menduduki posisi nomor 1 di App Store Apple dan menjadi favorit di Google Play Store.

Berdasarkan kronologi serangan siber DeepSeek, berawal pada Senin (27/1) malam, waktu Beijing, aplikasi AI China itu mendeteksi aktivitas mencurigakan pada platform mereka. Beberapa jam kemudian, perusahaan mengonfirmasi bahwa sistemnya tengah diserang.

Baca Juga:Kasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka PembunuhanMenteri ATR/BPN Benarkan Pagar Laut Sepanjang 30,16KM di Perairan Tangerang Punya HGB dan SHM, Ini Jelasnya

Sebagai langkah mitigasi, DeepSeek sementara waktu membatasi pendaftaran pengguna baru. Meski begitu, pengguna lama tetap dapat mengakses layanan tanpa hambatan.

Kemudian pada Selasa (28/1) dini hari, fungsionalitas platform sepenuhnya pulih, dan pendaftaran pengguna baru untuk DeepSeek kembali dibuka.

Chatbot DeepSeek seringkali dibandingkan dengan ChatGPT milik OpenAI, tetapi keunggulannya terletak pada efisiensi biaya. Dengan dana pengembangan hanya US$ 5 juta (sekitar Rp 80 miliar), DeepSeek berhasil menciptakan asisten AI yang kompetitif meski menghadapi pembatasan ekspor cip di China. Tingkat efisiensi ini memicu kekhawatiran di industri teknologi Amerika.

Dampaknya langsung terasa di pasar saham. Saham Nvidia, produsen cip AI terkemuka, turun 13,6% pada hari Senin, menghapus nilai pasar hingga US$ 500 miliar. Penurunan ini mencerminkan kecemasan investor terhadap potensi DeepSeek untuk menantang dominasi teknologi AI Amerika Serikat, bahkan tanpa akses ke perangkat keras premium.

Keberhasilan DeepSeek juga mendapat perhatian luas di dunia teknologi dan politik. Marc Andreessen, investor Silicon Valley, menyebut keberhasilan ini sebagai momen Sputnik AI, dan menyerukan inovator Amerika untuk meningkatkan daya saing mereka.

Di sisi politik, Presiden AS Donald Trump memanfaatkan momentum ini untuk memperkenalkan program AI bernama Stargate. Proyek senilai US$ 500 miliar ini merupakan kolaborasi antara OpenAI, Oracle, dan SoftBank, yang bertujuan mempertahankan posisi dominan AS di bidang AI.

Namun, pengumuman Trump ini tidak lepas dari kritik. Elon Musk, melalui platform X, mempertanyakan transparansi pendanaan Stargate, sementara CEO OpenAI Sam Altman terlibat debat terbuka mengenai rincian keuangan proyek tersebut.

Baca Juga:Pemerintah Kabupaten Cirebon Tangani Banjir Bandang, Begini Langkah Strategis BBWS CimancisSlow Living di Kota Salatiga

Serangan siber ini menjadi ujian bagi kemampuan DeepSeek untuk bersaing secara global. Meskipun mereka telah membuktikan kekuatan teknisnya, tantangan seperti serangan siber menunjukkan risiko yang muncul saat melangkah di panggung internasional.

0 Komentar