Suka Beli Buku Tapi Tidak Dibaca, Tsundoku

Ilustrasi
Ilustrasi: Tsundoku
0 Komentar

Hingga kemudian tibalah masa Rose pensiun. Ia kebingungan sendiri dengan buku-bukunya yang ternyata sudah berjumlah ribuan. Maka, Rose pun memberi tahu pihak Friends of the Arden-Dimick Library, salah satu perpustakaan publik di Sacramento, bahwa ia akan menyumbangkan seluruh bukunya tersebut setelah meninggal. Kala itu, usia Rose sudah 85 tahun.

Namun, Rose rupanya tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Ia meminta para relawan dari perpustakaan datang ke rumahnya untuk mengemas buku-buku yang ia miliki. Butuh 500 dus untuk mengemas 13.000 buku tersebut. Sudah tentu jumlah tersebut adalah sumbangan terbesar dalam sejarah perpustakaan Arden-Dimick.

Dalam video yang dilansir akun Youtube surat kabar lokal Sacramento Bee, seorang petugas perpustakaan di sana mengatakan: “Kami senang ia tidak keburu meninggal untuk memberikan koleksinya kepada kami.”

Baca Juga:Menteri ATR/BPN Benarkan Pagar Laut Sepanjang 30,16KM di Perairan Tangerang Punya HGB dan SHM, Ini JelasnyaPemerintah Kabupaten Cirebon Tangani Banjir Bandang, Begini Langkah Strategis BBWS Cimancis

Hal serupa juga dialami seorang penulis sekaligus dikenal sebagai salah satu pakar dalam kajian erotika, Rachel Kramer Bussel. Dalam artikelnya di Toast berjudul “You Can Own Too Many Books“, Rachel mengungkapkan pengalamannya tersebut.

“Saya berharap saya bisa dengan jujur ​​menjawab pernyataan ‘tidak ada yang namanya terlalu banyak buku,’ tetapi apa yang saya alami mengatakan bahwa hal itu tidak benar,” tulisnya.

Sebagaimana Rose, Rachel juga “takjub” sendiri melihat betapa banyak koleksi buku yang ia timbun. Ia melakukan berbagai macam cara untuk mengatasinya. Mulai dari mendonasikannya—”Saya menyumbangkan ratusan buku kepada toko buku Strand and Housing Works di New York”, hingga menyewa layanan pembuangan sampah untuk “mengangkut ratusan buku yang dibeli dengan penuh cinta atau diperoleh di pesta-pesta buku atau konferensi” dari dua kamar apartemen tempat ia tinggal selama 13 tahun.

“Bagian yang paling memilukan adalah melihat antologi yang saya sunting, dengan nama saya di sampulnya, disapu ke tong sampah raksasa. Itu cara yang cukup sulit untuk mengatasi masalah ‘Tsundoku’ Anda. Saya tidak akan pernah melempar buku dengan nama saya di sampul ke tempat sampah, karena itu seperti sebuah karma bagi seorang penulis yang buruk,” lanjutnya.

0 Komentar