Mengenal Tradisi Rajaban Kraton Kanoman Cirebon Saat Momen Isra Miraj

Kraton Kanoman Cirebon menggelar Isra Miraj
Kraton Kanoman Cirebon menggelar Isra Miraj
0 Komentar

ISRA Mi’raj adalah hari penting yang bersejarah. Oleh karena itu, Isra Mi’raj lazim diperingati di berbagai belahan dunia.

Isra Mi’raj merupakan momen perjalanan spiritual Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang dimulai dari Masjidil Haram di Mekkah.

Dari sana, Nabi Muhammad menyambangi Masjid Al-Aqsha di Palestina, lalu lanjut menuju langit tertinggi yang disebut Sidratul Muntaha. Pada malam di mana perjalanan itu terjadi, turun pula perintah untuk melaksanakan salat lima waktu.

Baca Juga:Kasus yang Bikin AKBP Bintoro Terseret Dugaan Pemerasan Nilai Miliaran Rupiah Terhadap Tersangka PembunuhanMenteri ATR/BPN Benarkan Pagar Laut Sepanjang 30,16KM di Perairan Tangerang Punya HGB dan SHM, Ini Jelasnya

Di tengah masyarakat Indonesia, ada beragam tradisi dalam memperingati Isra Mi’raj. Salah satunya adalah rajaban yang biasa dilaksanakan oleh Kesultanan Kanoman Cirebon.

Mengenal Apa Itu Tradisi Rajaban

Rajaban dilakukan pada malam 27 Rojab yang tempat yang disebut Langgar Alit. Rajaban diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat mulai dari Sultan hingga rakyatnya. Seperti dicatat Naila Farah dalam IBDA: Jurnal Kajian Islam dan Budaya saat rajaban diselenggarakan, sultan dan masyarakat akan berkumpul untuk bersama-sama mendengarkan kisah Isra Mi’raj yang dibacakan oleh penghulu keraton. Selain itu, ada pula sesi makan bersama dengan menu nasi bogana.

Rajaban diawali dengan keluarnya panca pitu, yakni para kerabat dan abdi dalem keraton yang bertugas menyiapkan segala keperluan rajaban.

Setelah tempat, makanan, dan hal lainnya siap, panca pitu akan melapor kepada sultan dan Pangeran Kumisi bahwa Rajaban siap dilaksanakan.

Setelah laporan diterima dan sultan memerintahkan rajaban dimulai, giliran penghul, sultan dan Pangeran Kumisi yang keluar. Setelah semua berkumpul, barulah acara rajaban dimulai dengan tawasulan.

Dipimpin oleh penghulu, tawasulan dilakukan dengan mengirimkan doa kepada para nabi, wali, dan leluhur dengan mengharapkan berkah dari Allah Subhanahu wa ta ala.

Tawasul sendiri sendiri berasal dari kata washala-yuwashilu dalam Bahasa Arab yang artinya “Segala sesuatu yang dapat menyampaikan serta mendekatkan kepada sesuatu”.

Baca Juga:Pemerintah Kabupaten Cirebon Tangani Banjir Bandang, Begini Langkah Strategis BBWS CimancisSlow Living di Kota Salatiga

Selesai tawasulan, dibacakanlah cerita tentang Isra Mi’raj oleh penghulu. Cerita tersebut tertuang dalam Babad Isro Mi’raj yang ditulis dalam bahasa Cirebon kuno menggunakan aksara Arab pegon setebal 77 halaman.

0 Komentar