Belajar dari Negeri Skandinavia Ini Soal Kebijakan Kembali ke Pembelajaran Tradisional: Baca Buku Cetak

Image: Unsplash/ Sandra Seitamaa
Image: Unsplash/ Sandra Seitamaa
0 Komentar

Salah satu kemungkinan terjadi pertemuan dengan buku yakni di perpustakaan sekolah. Sayangnya, seperti jadi rahasia umum, perpustakaan sekolah seringkali tidak memadai.

Kalapun Indonesia mau menitikberatkan pada buku cetak sebagai media pembelajaran, menggarisbawahi beberapa hal yang perlu dilakukan pemerintah. Pertama yakni soal political will dari sisi kebijakan, dan kedua komitmen anggaran.

Langkah negeri Skandinavia ini menarik perhatian dan seperti banyak negara Eropa lainnya, memiliki tradisi pendidikan yang kuat berbasis pada nilai-nilai meliputi literasi, numerasi, pemikiran kritis, etika, kerja sama, dan penghargaan terhadap keberagaman.

Baca Juga:Menteri ATR/BPN Benarkan Pagar Laut Sepanjang 30,16KM di Perairan Tangerang Punya HGB dan SHM, Ini JelasnyaPemerintah Kabupaten Cirebon Tangani Banjir Bandang, Begini Langkah Strategis BBWS Cimancis

Langkah Swedia untuk kembali ke buku cetak dan metode pembelajaran tradisional adalah upaya untuk mengembalikan keseimbangan ini. Mereka menyadari bahwa teknologi, meskipun penting, tidak dapat menggantikan peran guru dalam membentuk karakter siswa atau menciptakan suasana belajar yang humanis.

Langkah Swedia mengingatkan bahwa digitalisasi bukan tujuan akhir, melainkan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih besar. Teknologi harus menjadi pendukung, bukan pengganti, nilai-nilai dasar pendidikan. Di sini, teori Human-Centered Design dari Don Norman relevan untuk dijadikan acuan. Norman menekankan bahwa teknologi harus dirancang untuk melayani kebutuhan manusia, bukan manusia yang beradaptasi dengan teknologi.

Indonesia, dengan tantangan geografis dan demografis yang unik, dapat mengambil pelajaran berharga dari langkah Swedia.

0 Komentar