Belajar dari Negeri Skandinavia Ini Soal Kebijakan Kembali ke Pembelajaran Tradisional: Baca Buku Cetak

Image: Unsplash/ Sandra Seitamaa
Image: Unsplash/ Sandra Seitamaa
0 Komentar

Di Indonesia sendiri, studi PISA pada 2022 menyingkap sebanyak 67 persen siswa menggunakan perangkat digital untuk tujuan pembelajaran selama satu jam sehari atau lebih di sekolah, dan 45 persen di luar sekolah pada hari libur biasa.

“Secara umum, jenis penggunaan ini tampak positif, tetapi sedikit terkait dengan kinerja siswa dalam berpikir kreatif, hingga titik tertentu–seperti halnya dengan kinerja mereka dalam matematika,” begitu bunyi temuan PISA.

Namun, di Indonesia, penggunaan perangkat digital untuk tujuan rekreasi di luar sekolah atau pada hari libur berdampak berbeda pada kinerja berpikir kreatif siswa, alias sedikit lebih positif jika dibanding rata-rata di seluruh negara Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi/OECD. Di negara-negara OECD, konteks dan jenis penggunaan ini berhubungan negatif dengan kinerja berpikir kreatif siswa.

Baca Juga:Menteri ATR/BPN Benarkan Pagar Laut Sepanjang 30,16KM di Perairan Tangerang Punya HGB dan SHM, Ini JelasnyaPemerintah Kabupaten Cirebon Tangani Banjir Bandang, Begini Langkah Strategis BBWS Cimancis

Memang, tidak sedikit penelitian yang mengungkap dampak buruk penggunaan gawai secara secara berlebihan di kelompok peserta didik. Hasil kajian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada 2019 pun menunjukkan adanya kecanduan gawai di kalangan siswa SMA, terutama untuk dua indikator.

Kedua indikator itu antara lain menggunakan gawai berlebihan terutama di malam hari sehingga mengganggu aktivitas di siang hari dan sering merasa tidak pernah lelah untuk bermain gadget dan pernah tidak tidur seharian.

Berinteraksi dengan Buku itu Penting

Melansir dari everydayhealth, Pew Research melakukan survei pada tahun 2021, menemukan bahwa 23 persen orang dewasa Amerika tidak membaca satu bagian pun dari sebuah buku baik dalam bentuk kertas maupun elektronik selama 12 bulan sebelumnya.

Anak dan remaja usia 9 hingga 13 tahun yang membaca ‘hanya bersenang-senang’ menjadi yang terendah dari yang pernah ada.

Manfaat Membaca Buku

Sementara, gaya hidup yang serba cepat dan tanggung jawab yang tak ada habisnya, membaca buku mungkin berada pada urutan paling bawah dalam daftar prioritas. Selain mengurangi dan mengelola stres, berikut manfaat membaca buku bagi kesehatan anda:

0 Komentar