PERTEMUAN antara Presiden Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri belum juga terealisasi.
Pertemuan keduanya diyakini bisa menciptakan kebaikan dan stabilitas politik nasional.
Perjalanan politik kedua tokoh ini bisa dikatakan mengalami eskalasi politik yang dinamis. Momentum politik yang pertama kali menjadi penanda keduanya sebagai tokoh politik nasional yang berpengaruh adalah saat keduanya menjadi pasangan capres dan cawapres di Pemilihan Presiden 2009.
Pasangan ini lahir dari proses yang alot dan penuh dinamika sebelum kemudian memutuskan untuk bersama satu koalisi menghadapi pemilihan presiden.
Baca Juga:Menteri ATR/BPN Benarkan Pagar Laut Sepanjang 30,16KM di Perairan Tangerang Punya HGB dan SHM, Ini JelasnyaPemerintah Kabupaten Cirebon Tangani Banjir Bandang, Begini Langkah Strategis BBWS Cimancis
Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah menyatakan, salah satu faktor penentu pertemuan Prabowo dengan Megawati adalah pengaruh Presiden ke-1 RI Soekarno. Ia menceritakan Megawati dan Prabowo selain bersahabat lama, juga kaitanya dengan pemulihan sang ayahnda Megawati sekaligus presiden pertama Soekarno dari peristiwa G30S tahun 1965.
“Jadi sebenarnya, kesediaan Ibu Mega untuk bertemu Pak Prabowo bukan baru kali ini saja dikemukakan. Pesan bahwa Bu Mega bersedia untuk bertemu dengan Pak Prabowo sudah beliau sampaikan jauh hari sebelumnya,” ujar Ahmad Basarah.
Hubungan Megawati dan Prabowo semakin erat ketika Basarah melaporkan hasil pertemuan Pimpinan MPR 2019-2024 dengan Prabowo pada 30 September 2024 di ruang kerja Menteri Pertahanan RI.
Pada saat itu sepuluh orang pimpinan MPR yang dipimpin Bambang Soesatyo menyampaikan surat pimpinan MPR kepada Presiden terpilih Prabowo Subianto tentang permohonan tindak lanjut pemulihan nama baik Bung Karno.
Pemulihan itu dengan penegasan tidak berlakunya lagi TAP MPRS Nomor XXXIII Tahun 1967, tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno serta penegasan tuduhan Presiden Soekarno telah mendukung pemberontakan G30S tidak pernah dibuktikan dan batal demi hukum.
“Saat itu, Presiden Prabowo merespons surat pimpinan MPR tersebut dan mengatakan, tanpa surat pimpinan MPR ini kalau menyangkut hak-hak Bung Karno jika saya sudah menjabat sebagai presiden nanti pasti akan saya kerjakan,” ujar Basarah menirukan pernyataan Presiden Prabowo.
Bahkan Prabowo menitipkan pesan untuk Megawati dan Guntur Soekarno Putra, bahwa dirinya adalah seorang pengagum dan pencinta Bung Karno. “Pak Prabowo kemudian menunjuk tangannya ke arah meja kerja utama sebagai Menhan RI yang di belakangnya terdapat lukisan besar Bung Karno sedang menunggang kuda,” kata Basarah menjelaskan.