Fenomena Kodokushi ‘Mati Kesepian’ di Jepang Memprihatinkan

Potret seorang lansia di Jepang. (Foto: Bloomberg)
Potret seorang lansia di Jepang. (Foto: Bloomberg)
0 Komentar

FENOMENA ‘mati kesepian’ atau kodokushi di Jepang dinilai sudah masuk ke tahap yang memprihatinkan. Sebanyak 68 ribu warga Jepang diperkirakan meninggal dalam kesendirian sampai akhir tahun ini, semakin menunjukkan meluasnya krisis kesepian yang melanda negeri Sakura.

Menurut laporan polisi nasional Jepang, dalam tiga bulan awal tahun ini, sudah ada hampir 22.000 orang di Jepang meninggal di rumah sendirian. Sekitar 80 persen di antaranya berusia 65 tahun ke atas.

Angkanya terus melonjak hingga diprediksi mencapai sekitar 68 ribu orang pada akhir tahun ini. Jumlah ini merupakan peningkatan tajam dibandingkan dengan sekitar 27.000 kasus kodokushi yang terjadi tahun 2011.

Baca Juga:Menteri ATR/BPN Benarkan Pagar Laut Sepanjang 30,16KM di Perairan Tangerang Punya HGB dan SHM, Ini JelasnyaPemerintah Kabupaten Cirebon Tangani Banjir Bandang, Begini Langkah Strategis BBWS Cimancis

Fenomena ini terus meningkat lantaran bahwa perubahan cepat dalam masyarakat Jepang, terutama dalam struktur keluarga yang semakin berkembang, tidak diimbangi dengan upaya dukungan bagi para lansia yang harus tinggal seorang diri.

Masataka Nakagawa, peneliti senior di Lembaga Nasional untuk Penelitian Populasi dan Jaminan Sosial yang dikelola pemerintah Jepang, menyebutkan ada tiga alasan utama tingginya angka kodokushi di Jepang.

“Ada perubahan besar dalam pola tinggal keluarga di Jepang,” kata Nakagawa kepada This Week in Asia.

“Dulu, beberapa generasi dalam satu keluarga tinggal bersama, tetapi itu tidak lagi terjadi karena anak-anak cenderung pindah dari orang tua mereka untuk alasan pekerjaan.”

“Selain itu, tingkat pernikahan telah menurun selama beberapa tahun terakhir, yang berarti ada banyak orang yang hidup sendiri, termasuk di kalangan lansia,” ungkapnya, dikutip dari South China Morning Post.

Faktor ketiga adalah harapan hidup yang semakin panjang, yang menyebabkan salah satu pasangan lanjut usia – biasanya perempuan – hidup sendirian setelah pasangannya meninggal, jelas Nakagawa.

Seiring dengan populasi di Jepang yang semakin menua, semakin banyak lansia yang menghabiskan tahun-tahun terakhir hidup mereka dalam kesendirian.

Baca Juga:Slow Living di Kota SalatigaSong Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar Surat

Menurut Lembaga Nasional untuk Penelitian Populasi dan Jaminan Sosial Jepang, jumlah lansia berusia di atas 65 tahun yang hidup sendiri mencapai 7,38 juta pada tahun 2020.

Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi hampir 11 juta lansia pada tahun 2050.

Data sensus pada 2020 menunjukkan bahwa jumlah keluarga beranggotakan satu orang mencapai hampir 38 persen dari total jumlah keluarga di Jepang. Jumlah itu naik sekitar 13,3 persen dari survei yang dilakukan lima tahun sebelumnya.

0 Komentar