Bahkan, semasa pemerintahan kolonial Salatiga dijuluki: Salatiga Dea Schoonnste Staad Van Midden Java, atau Salatiga Kota Terindah di Jawa Tengah.
Selain itu, Salatiga juga telah lama menjadi rumah dari keragaman suku dan etnis, sehingga memiliki kekuatan tersendiri dalam hal kuliner.
Ada berbagai sajian khas yang menjadi andalan Kota Salatiga, di antaranya sate sapi suruh, opor bebek, soto esto, gecok kambing, ronde sekoteng, enting-enting gepuk, dan sajian khas Salatiga yang ikonik adalah tumpang koyor.
Baca Juga:Menteri ATR/BPN Benarkan Pagar Laut Sepanjang 30,16KM di Perairan Tangerang Punya HGB dan SHM, Ini JelasnyaPemerintah Kabupaten Cirebon Tangani Banjir Bandang, Begini Langkah Strategis BBWS Cimancis
Menurut bukti sejarah, dalam naskah Serat Centhini, resep tumpang koyor ini telah ada sejak 1814. Tumpang koyor merupakan sup tradisional yang terdiri dari tahu, tempe, atau hidangan berbasis kedelai, serta bumbu khas lainnya.
Resep-resep tersebut pun telah diwariskan dari generasi ke generasi. Karena itu, keunikan cita rasa dari tumpang koyor tidak perlu diragukan lagi.
Dengan kata lain, menjadikan Salatiga sebagai Kota Gastronomi juga sebagai bentuk upaya melestarikan resep warisan nusantara yang sudah ada sejak zaman nenek moyang.
Penjabat Wali Kota Dalatiga Yasip Khasani saat rapat Forkopimda Kota Salatiga di Kafe 1915 Arts Koffie Huis, Jalan Buk Suling 17 Salatiga, Selasa (21/1) mengungkapkan Salatiga harus bisa membuat suatu kawasan ikonik yang mempunyai daya tarik tertentu dan mampu menarik wisatawan untuk datang.
“Semisal kawasan Salatiga tempo dulu, berada di sebuah kawasan tertentu, kawasan kuliner ada di daerah ini, karena hal ini bisa memberikan dampak yang bagus untuk perkembangan kota,” katanya.
Yasip berupaya mendorong Kota Salatiga sebagai Kota Gastronomi di tingkat nasional sampai mendunia. Terlebih bisa bergandeng tangan dengan kawasan sekitar, seperti Kota Solo untuk membangun jejaring kuat Kota Gastronomi.
“Tidak hanya mendapat momentum, tetapi kita dapat source-nya, karena kemitraan dengan Kota Solo itu penting dan sangat bagus. Jejaring dengan Solo terkait dengan Gastronomi,” ujarnya.
Baca Juga:Slow Living di Kota SalatigaSong Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar Surat
Pelaksanaan Car Free Night (CFN), dan Car Free Day (CFD) di Kota Salatiga, kata Yasip, akan terus dilakukan, guna mendokrak ekonomi masyarakat Kota Salatiga.
“Untuk CFN dan CFD harus kita optimalkan gelarannya. Untuk CFN bisa menggunakan tenda seragam yang disiapkan Pemkot. CFD juga bisa dilakukan di Jalan Lingkar Salatiga (JLS). Antara daerah Blotongan sampai Pulutan itu ada pasar tumpah, pasar tumpah nantinya akan disambung dengan aktivitas seni, budaya, olahraga.Ini sangat menarik dan menjadi daya ungkit untuk perekonomian masyarakat,” pungkasnya.