SERANGAN pemukim Israel meletus di Jenin, Tepi Barat, segera setelah gencatan senjata Gaza dimulai. Anggota sayap kanan Israel dilaporkan menargetkan beberapa desa di mana para wanita Palestina yang dibebaskan dan tahanan anak memiliki rumah. Rumah-rumah warga Palestina lainnya tampaknya juga menjadi sasaran serangan, Al Jazeera melaporkan.
Secara terpisah, militer Israel melancarkan operasi yang disebut “Tembok Besi” di kota Jenin dan kamp pengungsi Jenin yang berdekatan.
Berapa banyak orang yang terbunuh?
Serangan militer Israel di Jenin telah menewaskan 12 orang – 10 orang tewas dalam serangan di seluruh wilayah Gubernuran Jenin pada Selasa dan dua orang tewas pada Rabu malam.
Baca Juga:Menteri ATR/BPN Benarkan Pagar Laut Sepanjang 30,16KM di Perairan Tangerang Punya HGB dan SHM, Ini JelasnyaPemerintah Kabupaten Cirebon Tangani Banjir Bandang, Begini Langkah Strategis BBWS Cimancis
Masih belum jelas berapa banyak dari mereka yang terbunuh pada Selasa adalah warga sipil, tetapi sebuah pernyataan PA mengatakan bahwa pasukan Israel telah “menembaki warga sipil dan pasukan keamanan, yang mengakibatkan beberapa warga sipil dan sejumlah personil keamanan terluka”. PA menambahkan bahwa setidaknya 35 orang terluka.
Sementara itu, sedikitnya 21 warga Palestina terluka dalam serangan-serangan yang dilakukan oleh para pemukim Israel di seluruh Tepi Barat sejak gencatan senjata dimulai pada Minggu.
Di mana kekerasan terjadi?
Kekerasan pemukim tampaknya terfokus pada setidaknya enam desa: Sinjil, Turmus Aya, Ein Siniya dan al-Lubban Ashaqiya (dekat Ramallah) dan Funduq dan Jinsafut, (keduanya dekat Nablus).
Menurut Guardian, keenam desa tersebut diidentifikasi sebagai tempat tinggal para wanita dan anak-anak yang dibebaskan oleh pemerintah Israel sebagai bagian dari gencatan senjata.
Di kota Jenin, tentara telah mengepung rumah sakit milik pemerintah dan kamp pengungsi di dekatnya, dan dilaporkan telah memerintahkan evakuasi ratusan orang. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menggambarkan operasi di Jenin sebagai “pergeseran strategi keamanan”.
Ia mengatakan bahwa upaya tersebut merupakan bagian dari rencana militer Israel untuk Tepi Barat yang diduduki dan merupakan “pelajaran pertama dari metode serangan yang berulang-ulang di Gaza”.
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan bahwa mereka dihalangi untuk menjangkau para korban yang terluka dan mayat-mayat yang tewas oleh militer Israel.