Akibatnya, pada 5 Januari 1947 terjadi pertempuran laut antara Eskader ALRI yang dipimpin oleh Letnan Laut Samadikun, berkedudukan di Gadjah Mada sebagai kapal bendera, dengan HrMs Kortenaer.
Untuk melindungi kapal-kapal lainnya dari incaran tembakan musuh, Gadjah Mada melakukan manuver penghadangan dan melancarkan tembakan mitraliur dengan gencar ke arah kapal Belanda.
Tindakan tersebut berhasil memancing Kortenaer untuk mengarahkan serangannya hanya ke Gadjah Mada, sehingga Eskader ALRI berhasil meloloskan diri.
Baca Juga:Menteri ATR/BPN Benarkan Pagar Laut Sepanjang 30,16KM di Perairan Tangerang Punya HGB dan SHM, Ini JelasnyaPemerintah Kabupaten Cirebon Tangani Banjir Bandang, Begini Langkah Strategis BBWS Cimancis
Akibat hantaman bertubi tubi dari kapal perang Belanda, akhirnya Gadjah Mada tenggelam dan Komandan Kapalnya Letnan Samadikun gugur di tempat, sementara seluruh anak buah kapal (ABK) ditangkap Belanda. Hanya seorang ABK, yaitu Letnan Laut Maming yang berhasil selamat berenang ke pantai Cirebon.
Adapun RI Gadjah Mada memiliki spesifikasi panjang 32 meter, berat kurang lebih 160 ton (terbuat dari kayu), lebar 5 meter, dan kecepatan 8 mil per jam. Kapal ini mampu menampung 30 awak, dilengkapi persenjataan 1 pucuk meriam pom pom kaliber 20 mm dan 1 pucuk mitraliur kaliner 12,7 mm buatan Jepang.