Kader PAN Ini Usulkan Bunda Fifi Isi Kursi Ketua DPC Partai Amanat Nasional Kabupaten Cirebon

Kader Partai Amanat Nasional, Hery Sugihyandi
Kader Partai Amanat Nasional, Hery Sugihyandi
0 Komentar

KURSI Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Amanat Nasional (PAN) Kabupaten Cirebon kosong setelah wafatnya Qomar, komedian sekaligus Ketua DPC PAN. Hingga kini, belum ada penunjukan pengganti dari Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Jawa Barat.

Saat ditemui delik, Kader Partai Amanat Nasional Hery Sugihyandi mengungkapkan nama Grace Natalie dan Megawati Soekarnoputri adalah sosok ketua umum partai peserta pemilu 2019. Megawati Soekarnoputri menjadi figur yang sudah 29 tahun menjadi ketua umum partai.

Megawati Soekarnoputri menjabat Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia atau PDI periode 1986 sampai 1996 dan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP sejak 1999 sampai sekarang. Adapun Grace Natalie menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia.

Baca Juga:Slow Living di Kota SalatigaSong Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar Surat

Keberadaan perempuan dianggap menjadi penting dalam menghadapi momen penempatan perempuan dalam posisi jabatan ketua partai politik adalah sebuah kelaziman dalam berdemokrasi.

“Itu adalah sinyal kuat bagaimana perempuan mampu menunjukkan kapasitasnya untuk masuk dalam politik patriarki, dan menjadi representasi perempuan untuk partai politik,” ungkap kader Partai Amanat Nasional, Hery Sugihyandi, Kamis (16/1).

Ia menilai representasi perempuan dalam kancah perpolitikan di Indonesia sudah baik. Menurut Hery, perempuan yang berhasil menembus menjadi pemimpin partai politik, perempuan tersebut tidak hanya mempunyai popularitas namun mempunyai leadership yang tangguh.

“Jika muncul ketua partai politik dipimpin perempuan di Partai Amanat Nasional terutama Kabupaten Cirebon itu fenomena politik menarik karena secara kultur politik akan memberi edukasi politik baru untuk generasi muda Kabupaten Cirebon yang selama ini masih didominasi laki-laki,” ungkapnya.

Hery melanjutkan, hal tersebut dikarenakan pandangan patriarki yang masih mengakar kuat dikalangan partai politik Indonesia. Padahal, terkadang perempuan yang lebih baik kinerjanya sebagai pemimpin partai politik.

“Perempuan masih ditempatkan sebagai subordinat dari laki-laki. Padahal secara kualitas bisa jadi perempuan yang memimpin bisa lebih berhasil dibanding laki-laki,” lanjut dia.

Hal ini, kata dia, bisa ditangani jika pandangan partai politik berubah terhadap perempuan. Terlebih, memiliki elektabilitas yang tinggi dan kemampuan leadership yang kuat.

Baca Juga:Pernah Ditolak Amerika Serikat, Kini Presiden Prabowo Subianto Menuju WashingtonPendukung Maccabi Tel Aviv Slogan Anti-Arab: Siapa Penyulut Amsterdam Rusuh?

“Jika cara pandang parpol berubah dan melihat calon perempuan terlihat lebih unggul, saya kira partai politik bisa berubah pikiran sehingga akan mendukung perempuan menjabat sebagai ketua partai politik,” ungkap dia.

0 Komentar