Seiring berjalannya waktu, Kemenkop UKM membubarkan sekitar 82.000 unit koperasi yang tidak aktif sejak 2019–2024, dan kini menjadi 130.119 unit koperasi aktif pada 2024.
Alhasil, jumlah aset yang tercatat di ODS Kemenkop UKM menunjukkan adanya peningkatan menjadi Rp254,17 triliun.
Sementara Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop), Ferry Juliantono mengatakan, aset seluruh koperasi di Indonesia hanya sekitar Rp281 triliun. Jumlah ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan aset Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sekitar Rp10 ribu triliun.
Baca Juga:Slow Living di Kota SalatigaSong Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar Surat
Ferry ingin mendorong aset koperasi terus berkembang, sehingga mampu menyaingi jumlah aset BUMN. “Inilah yang menjadi hal penting bagi Kementerian Koperasi,” kata Ferry lewat keterangan persnya, Rabu (13/11/2024).
Kontribusi Koperasi
Dilihat dari perjalanan debut koperasi Indonesia dikatakan Kontribusi koperasi terhadap PDB cenderung meningkat setiap tahunnya, hingga pada tahun 2020 dan 2021 koperasi memberikan kontribusi sebesar 6,20% dari PDB Indonesia. Besaran potensi koperasi mampu memberikan manfaat dan dampak ekonomi yang lebih luas bagi masyarakat.
Dalam 5 tahun terakhir, kontribusi koperasi terhadap PDB sudah melampaui 6,2% pada 2024. Sedangkan angka kontribusi koperasi terhadap PDB yang ditargetkan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah sebesar 5,7%.
Sektor Penyumbang PDB
Dari sisi lapangan usaha, dicontohkan penyumbang utama pertumbuhan ekonomi triwulan II-2024 adalah industri pengolahan, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan, dengan kelima sektor ini berkontribusi sekitar 63,70 persen dari PDB.
Sedangkan lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi antara lain, sektor akomodasi dan makanan minuman yang tumbuh 10,17 persen, didorong oleh event berskala nasional maupun internasional.
Dari sisi sumber pertumbuhan, industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi terbesar, dengan porsi 0,79 persen. Kemudian diikuti oleh konstruksi sebesar 0,67 persen, perdagangan 0,63 persen, dan informasi dan komunikasi 0,50 persen.
Konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar 54,53 persen. Jika dilihat dari pertumbuhannya, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,93 persen (yoy) pada triwulan II-2024. Ini mengindikasikan masih kuatnya permintaan domestik dan daya beli masyarakat.
Baca Juga:Pernah Ditolak Amerika Serikat, Kini Presiden Prabowo Subianto Menuju WashingtonPendukung Maccabi Tel Aviv Slogan Anti-Arab: Siapa Penyulut Amsterdam Rusuh?
Sementara pengeluaran yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) yang tumbuh sebesar 9,98 persen (yoy) pada triwulan II-2024. Pada saat yang sama, komponen ekspor dan impor juga tumbuh masing-masing sebesar 8,28 persen dan 8,57 persen.