Manifesto Kedaulatan Pangan Zulkifli Hasan: Antara Kemerdekaan Petani dan Menolak Impor

Heru Subagia dan Zulhas di Lapangan Desa Cisaat, di Kecamatan Ciater saat kemeriahan memperingati Hari Desa ya
Heru Subagia dan Zulhas di Lapangan Desa Cisaat, di Kecamatan Ciater saat kemeriahan memperingati Hari Desa yang digelar pada 14 dan 15 Januari 2025.
0 Komentar

Tidak sesuai dengan tenaga yang dikeluarkan petani. Ini menjadi bagian persilangan masalah antara keterpurukan petani dan kesejahteraan tengkulak. Feodalisme di lahan pertanian dalam bentuk ketidakberuntungan petani tetap berada di pihak yang dijajah.

Panen Raya Harga Anjlok

Harga murah saat panen raya adalah momok paling menakutkan bagi petani. Disaat puncak panen, justru harga serentak turun. Petani akhirnya harus menjual hasil panen sesuai hukum pasar.

Kondisi tragis petani untuk sekian kal di saat Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) maupun harga Gabah kering giling (GKG) begitu rendah, Harga Eceran Tertinggi (HET) beras premium malah begitu tinggi.

Baca Juga:Penyelidik Korea Selatan Menangkap Presiden Yoon yang dimakzulkanSlow Living di Kota Salatiga

Selama ini yang jadi masalah adalah ketika para petani menjual hasil panen, NilaibTukar Petani selalu di bawah HPP. Artinya petani akan sekali rugi, biaya produksi tidak sebanding dengan harga jual yang diterimanya.

Ini terjadi karena seluruh hasil panen dimonopoli atau dikuasai oleh para oknum tengkulak, mereka seenaknya memberikan harga kepada para petani.

Secara ekonomi klasik, harga gabah turun dikarenakan oleh hukum pasar. Salah satu faktor utama yang memengaruhi penurunan harga gabah adalah peningkatan pasokan di pasar lokal menjelang panen raya. Jadi kondisi suplai gabah yang meningkat mengakibatkan penurunan harga dikarenakan surplus stok di pasaran.

Nilai Tukar Petani

Kondisi kesejahteraan petani Indonesia tidak senyaman dan sejahtera dibandingkan dengan negara lain. Petani Indonesia dihadapkan banyak masalah baik dari segi tehnis dan tata kelola kebijaksanaan pemerintahan.

Salah satu untuk mengukur kesejahteraan petani dengan menggunakan metode penghitungan Nilai Tukar Petani ( NPT).

NTP merupakan salah satu indikator yang berguna untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani karena mengukur kemampuan produk (komoditas) yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi (usaha) maupun untuk konsumsi rumah tangga petani.

NTP dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut NTP = IT/IB X 100 %. Indikator NTP dinyatakan dalam pengertian yaitu NTP > 100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya.

0 Komentar