Beijing juga mengatakan siap untuk bekerja sama dengan Jakarta dan anggota lainnya untuk mendorong “kemitraan yang lebih komprehensif, erat, pragmatis dan inklusif” dan untuk memajukan “pengembangan kerja sama Brics yang berkualitas tinggi”.
Dalam beberapa tahun terakhir, pengelompokan, yang ditujukan untuk mencari alternatif untuk lembaga-lembaga yang dipimpin Barat, telah dimanfaatkan oleh Beijing dan Moskow untuk menempa dunia multipolar.
Organisasi ini dibentuk sebagai penyeimbang Kelompok Tujuh (G-7) , yang terdiri dari negara-negara maju. Namanya berasal dari istilah ekonomi yang digunakan pada awal 2000-an untuk menggambarkan negara-negara yang sedang naik daun yang diperkirakan akan mendominasi ekonomi global pada tahun 2050.
Baca Juga:Slow Living di Kota SalatigaSong Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar Surat
Sementara itu, AS telah mengawasi Brics. Presiden terpilih Donald Trump telah mengancam akan memberlakukan tarif 100 persen pada asosiasi jika menciptakan mata uang saingan untuk dolar AS.
Sebelum menjadi anggota Indonesia, BRICS menyumbang hampir 45% dari populasi dunia dan 35% dari produk domestik bruto global, diukur dengan paritas daya beli.
Penulis: Aries Armunanto