2 Orang Selamat dari Kecelakaan Maut Jeju Air karena Duduk di Bagian Belakang, Kenapa Aman?

Penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2015 meneliti data pesawat untuk menentukan baris kursi yang terkait
Penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2015 meneliti data pesawat untuk menentukan baris kursi yang terkait dengan tingkat kematian terendah (Getty Images)
0 Komentar

PENGHUJUNG tahun 2024 diwarnai dengan insiden kecelakaan maut Jeju Air, maskapai penerbangan asal Korea Selatan, yang menewaskan 179 orang. Hanya ada dua orang yang selamat dari insiden tragis tersebut, keduanya merupakan awak kabin, yang duduk di bagian belakang, menurut laporan Korea Herald.

Bicara soal kecelakaan pesawat, studi menemukan lokasi kursi pesawat yang paling aman ketika dalam keadaaan emergency.

Investigasi TIME yang mengamati data kecelakaan pesawat selama 35 tahun menemukan bahwa area kursi tengah yang terletak di bagian paling belakang pesawat memiliki tingkat kematian terendah, yakni 28 persen.

Baca Juga:Slow Living di Kota SalatigaSong Jae-rim Ditemukan Meninggal Penyebab Kematian Belum Terkonfirmasi, Ada 2 Lembar Surat

Mengapa kursi tengah di barisan belakang pesawat paling aman dalam kondisi darurat?

Ahli penerbangan di Central Queensland University, Doug Drury mengungkapkan bahwa data TIME tersebut sangat masuk akal. Duduk di dekat pintu keluar akan memberi penumpang jalur penyelamatan tercepat dalam keadaan darurat, asalkan tidak ada api. Namun, sayap pesawat menyimpan bahan bakar sehingga kursi yang berada di dekat sayap bukanlah opsi teraman.

Saat kondisi darurat, penumpang kelas bisnis yang ditempatkan di bagian depan pesawat disebut akan terkena dampak terlebih dulu sebelum penumpang lain yang berada di belakang.

Alasan mengapa kursi tengah lebih aman daripada kursi jendela atau lorong karena terdapat buffer berupa penumpang lain di kedua sisinya.

Selain letak kursi penumpang, jenis pesawat juga diklaim dapat memengaruhi keadaan darurat. Umumnya, pesawat dengan ukuran yang lebih besar akan memiliki lebih banyak material struktural sehingga lebih kuat untuk menahan tekanan di ketinggian.

Dengan demikian, pesawat besar dapat memberikan perlindungan tambahan dalam keadaan darurat, meskipun pada akhirnya semuanya sangat bergantung pada tingkat keparahan keadaan darurat.

Tak hanya itu, jenis keadaan darurat juga diklaim dapat menentukan kelangsungan hidup para penumpang dan awak kabin.

Baca Juga:Pernah Ditolak Amerika Serikat, Kini Presiden Prabowo Subianto Menuju WashingtonPendukung Maccabi Tel Aviv Slogan Anti-Arab: Siapa Penyulut Amsterdam Rusuh?

Pesawat yang menabrak gunung disebut memiliki peluang keselamatan penumpang terkecil, seperti tragedi Air New Zealand TE901 yang menabrak lereng Gunung Erebus di Antartika dan menewaskan 257 penumpang serta awak kabin.

Sementara itu, pesawat yang terjatuh di laut dengan posisi ‘hidung’ pesawat terlebih dahulu juga diklaim mengurangi peluang untuk bertahan hidup, seperti insiden Air France Penerbangan 447 pada 2009 yang menewaskan 228 penumpang dan awak kabin.

0 Komentar